Menabung itu pangkal kaya perlu
menjadi pedoman bagi kita bahwa menabung itu harus menjadi sebuah kebiasaan di
keluarga. Menabung itu harus dibangun
sejak “kids jaman now” atau dengan kata lain dimulai sejak usia dini.
Menabung itu sama dengan
membangun kebiasaan hidup hemat. Tetapi bicara “hemat” itu tidak sama dengan
pelit. Kalau pelit intinya yang penting
murah, berbeda dengan hemat kalau hemat itu dilihat dulu perbandingan harga
dari beberapa produk.
Berdasarkan sumber Liputan 6.com,
Kepala Departemen Pengawasan Bank III OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Teguh
Supangkat menyatakan bahwa rasio saving terhadap GDP Indonesia sebesar 30.87
%. Dan masih rendah dibandingkan beberapa beberapa negara ASEAN lainnya. Artinya porsi tabungan penduduk Indonesia baru
sekitar 30.87 %.
Tabel Perbandingan Rasio Tabungan terhadap GDP
Saving to GDP Ratio
|
|
Indonesia
|
30.87%
|
Singapura
|
46.73%
|
Filipina
|
46.00%
|
Jepang
|
70.00%
|
Tiongkok
|
48.80%
|
Korea
|
35.11%
|
Secara umum, tabungan yang
meningkat diharapkan bisa menjadi sumber dana dalam memajukan pembangunan
terutama di sector UMKM sehingga bisa disalurkan dalam kredit sebagai modal
usaha dan dengan peningkatan penggunaan kredit nantinya diharapkan semakin
banyak terserap tenaga kerja.
Mengutip dari kontan.co.id tanggal 2 november 2016 perihal tabungan
masyarakat yang masih stagnan dipaparkan hal-hal sebagai berikut :
1. Rumah tangga dengan pendapatan terendah rasio
tabungannya hanya sebesar 5,2% dari pendapatannya. Ini menunjukkan bahwa rumah
tangga di level ini menyisihkan sebesar 5.2% dari pendapatannya untuk ditabung.
2. Kelompok berpendapatan paling tinggi menyisihkan 12,60%
di pos tabungan. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan
sebesar 12.5% dari pendapatannya untuk ditabung.
3. Rata-rata rasio tabungan rumah tangga Indonesia
terhadap total pendapatan juga rendah, hanya 8,5%. Ini menunjukkan bahwa rumah
tangga di level ini menyisihkan sebesar 8.5% dari pendapatannya untuk ditabung.
Ada beberapa alasan seseorang
tidak menabung yaitu :
1. Tidak punya plan keuangan
Seseorang cenderung tidak
menabung dikarenakan tidak memiliki rencana dan motivasi kenapa harus menabung.
Sehingga penghasilan yang didapat tidak diprioritaskan dialokasikan dalam
bentuk tabungan. Bahkan karena tidak memiliki plan, sering sekali penghasilan
habis digunakan secara foya-foya.
2. Short Term Thinking (Pola Pikir
Jangka pendek)
Pola pikir masyarakat yang tidak
memberikan keuntungan dalam jangka pendek dianggap masih belum dibutuhkan.
Tetapi, kalau ada yang menawarkan sesuatu dengan iming-iming yang memberikan
keuntungan tidak masuk akal seperti MMM (Movrodi Mondial Moneybox) dengan imbalan
hasil 30% per bulan atau 360%/tahun dari uang yang disetor dengan mengambil
paket minimal 1 juta dan maksimal 10 juta dengan mendaftar di website ‘MMM. Wow..amazing…investasi
mana yang bisa memberikan keuntungan gila seperti itu atau dengan kemampuan
dimas kanjeng taat pribadi yang katanya bisa menggadakan uang. . Tetapi itu
yang diburu oleh masyarakat. Ketidak masuk akalan itu menjadi masuk akal
3. Kebiasaan Jam Karet (Menunda)
Kalau sudah menjadi kebiasaan,
tentu actionnya harus dipaksa untuk mengubah kenyamanan tadi menjadi kebiasaan
baru. Dan butuh usaha yang terus menerus untuk mengubah kebiasaan menunda-nunda
ini atau besok-besok ajalah.
Terkait membangun kebiasaan
menabung, kebiasaan ini akan menjadikan seseorang sulit memiliki tabungan disebabkan
setiap memiliki penghasilan. Jawabannya “ah, besok lah. Ah ntar lagi lah,”.. eh
tau taunya usia semakin tua dan tabungan sedikitpun tidak ada. Dan berakhir
dengan penyesalan dengan kata-kata dalam hati “ kenapa ya dari dulu aku gak
menabung??”
Sekarang ini menabung itu tidak
melulu hanya dalam bentuk rekening tabungan tetapi variasinya semakin banyak yaitu
:
1. Emas
2. Property
3. Kebun
4. Tabungan
Rencana
5. Deposito,
6. Unit
Link, dsb
So, sudahkah anda menabung ????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar