Senin, 25 September 2017

Menabung : “Saving to be rich”

Menabung itu pangkal kaya perlu menjadi pedoman bagi kita bahwa menabung itu harus menjadi sebuah kebiasaan di keluarga.  Menabung itu harus dibangun sejak “kids jaman now” atau dengan kata lain dimulai sejak usia dini.   

Menabung itu sama dengan membangun kebiasaan hidup hemat. Tetapi bicara “hemat” itu tidak sama dengan pelit.  Kalau pelit intinya yang penting murah, berbeda dengan hemat kalau hemat itu dilihat dulu perbandingan harga dari beberapa produk.

Berdasarkan sumber Liputan 6.com, Kepala Departemen Pengawasan Bank III OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Teguh Supangkat‎ menyatakan bahwa rasio saving terhadap GDP Indonesia sebesar 30.87 %. Dan masih rendah dibandingkan beberapa beberapa negara ASEAN lainnya.  Artinya porsi tabungan penduduk Indonesia baru sekitar 30.87 %.

Tabel Perbandingan Rasio Tabungan terhadap GDP
Saving to GDP Ratio
Indonesia 
30.87%
Singapura
46.73%
Filipina 
46.00%
Jepang 
70.00%
Tiongkok
48.80%
Korea 
35.11%

Secara umum, tabungan yang meningkat diharapkan bisa menjadi sumber dana dalam memajukan pembangunan terutama di sector UMKM sehingga bisa disalurkan dalam kredit sebagai modal usaha dan dengan peningkatan penggunaan kredit nantinya diharapkan semakin banyak terserap tenaga kerja.

Mengutip dari kontan.co.id  tanggal 2 november 2016 perihal tabungan masyarakat yang masih stagnan dipaparkan hal-hal sebagai berikut :
1.  Rumah tangga dengan pendapatan terendah rasio tabungannya hanya sebesar 5,2% dari pendapatannya. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 5.2% dari pendapatannya untuk ditabung.
2.  Kelompok berpendapatan paling tinggi menyisihkan 12,60% di pos tabungan. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 12.5% dari pendapatannya untuk ditabung.
3.   Rata-rata rasio tabungan rumah tangga Indonesia terhadap total pendapatan juga rendah, hanya 8,5%. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 8.5% dari pendapatannya untuk ditabung.

Ada beberapa alasan seseorang tidak menabung yaitu :
1. Tidak punya plan keuangan
Seseorang cenderung tidak menabung dikarenakan tidak memiliki rencana dan motivasi kenapa harus menabung. Sehingga penghasilan yang didapat tidak diprioritaskan dialokasikan dalam bentuk tabungan. Bahkan karena tidak memiliki plan, sering sekali penghasilan habis digunakan secara foya-foya.

2. Short Term Thinking (Pola Pikir Jangka pendek)
Pola pikir masyarakat yang tidak memberikan keuntungan dalam jangka pendek dianggap masih belum dibutuhkan. Tetapi, kalau ada yang menawarkan sesuatu dengan iming-iming yang memberikan keuntungan tidak masuk akal seperti MMM (Movrodi Mondial Moneybox) dengan imbalan hasil 30% per bulan atau 360%/tahun dari uang yang disetor dengan mengambil paket minimal 1 juta dan maksimal 10 juta dengan mendaftar di website ‘MMM. Wow..amazing…investasi mana yang bisa memberikan keuntungan gila seperti itu atau dengan kemampuan dimas kanjeng taat pribadi yang katanya bisa menggadakan uang. . Tetapi itu yang diburu oleh masyarakat. Ketidak masuk akalan itu menjadi masuk akal

3. Kebiasaan Jam Karet (Menunda)
Kalau sudah menjadi kebiasaan, tentu actionnya harus dipaksa untuk mengubah kenyamanan tadi menjadi kebiasaan baru. Dan butuh usaha yang terus menerus untuk mengubah kebiasaan menunda-nunda ini atau besok-besok ajalah.

Terkait membangun kebiasaan menabung, kebiasaan ini akan menjadikan seseorang sulit memiliki tabungan disebabkan setiap memiliki penghasilan. Jawabannya “ah, besok lah. Ah ntar lagi lah,”.. eh tau taunya usia semakin tua dan tabungan sedikitpun tidak ada. Dan berakhir dengan penyesalan dengan kata-kata dalam hati “ kenapa ya dari dulu aku gak menabung??”

Sekarang ini menabung itu tidak melulu hanya dalam bentuk rekening tabungan tetapi variasinya semakin banyak yaitu :
1. Emas
          2. Property
      3. Kebun
      4. Tabungan Rencana
      5. Deposito,
      6. Unit Link, dsb

So, sudahkah anda menabung ????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar