“Bu, nasi goreng satu porsi bu.” Pesan si ucok ke ibu penjual nasi goreng
langganannya
“pake cabe cok ?” tanya si ibu
“gak bu, gak usah. Gak usah pake lama maksudnya” jawab si ucok
“berapa bu seporsi nasi gorengnya ?” Tanya ucok
“Rp 16.000,- aja cok.”jawab si ibu penjual nasi goreng
“ah, mahal kali bu. Tahun kmarin aja aku makan sini masih Rp 13.000,-.
Ini udah lama gak makan disini naik pulak tu“sanggah ucok
“itulah kau cok, beras mahal cok, minyak apalagi. Coba kau cok sekali-kali
belanja biar tau kau cok.” Jawab si ibu
Dari obrolan si ucok sebagai
pelanggan dengan si ibu penjual nasi goreng dapat kita ambil kesimpulan bahwa
untuk menikmati sesuatu dengan kuantitas (jumlah) yang sama, seseorang harus
mengeluarkan nominal uang lebih besar.
Kenaikan harga yang kerap melanda
Negara-negara yang ada di dunia kerap dikenal dengan istilah “inflasi”
“inflasi tu makhluk apa sih ?”
Inflasi adalah meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus- menerus dan tidak terjadi hanya pada 1 atau 2
barang saja dan dalam 1 tahun .
Misalkan harga beras di tahun 2006 Rp. 5000,-
Tahun
|
Inflasi
|
Harga Beras (Rp)
|
2007
|
7.40%
|
5,370
|
2008
|
11.06%
|
5,964
|
2009
|
2.78%
|
6,130
|
2010
|
6.96%
|
6,556
|
2011
|
3.79%
|
6,805
|
2012
|
4.30%
|
7,097
|
2013
|
8.36%
|
7,691
|
2014
|
8.36%
|
8,334
|
2015
|
3.35%
|
8,613
|
2016
|
3.02%
|
8,873
|
Rata-rata
|
5.94%
|
Sumber : BPS yang sudah
diolah
Dalam 10 tahun terakhir, terlihat
perkembangan inflasi di Indonesia dari rentang tahun 2007 sampai dengan tahun
2016 dimana tertinggi diatas 10% terjadi di tahun 2008. Tingginya inflasi
disebabkan adanya krisis global yang memberikan pengaruh terhadap Negara Indonesia.
Simulasi dengan perkembangan
inflasi diatas, andaikan seseorang membeli satu kilogram beras dengan harga Rp.
5.000,-. Maka untuk membeli satu kilogram beras dengan kualitas yang sama,
orang tersebut harus mengeluarkan nominal lebih banyak yaitu Rp 8.873 / Kilogram.
Indicator yang sering digunakan
untuk mengukur tingkat inflasi adalah indeks harga KOnsumen (IHK) yang
menunjukkan pergerakkan yang barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Perlu diketahui penyebab inflasi dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Demand
Pull Inflation (Kenaikan Demand)
Inflasi ini disebabkan adanya
kenaikan permintaan barang dan jasa dari masyarakat sementara penawaran tetap.
Keadaan ini terjadi pada waktu-waktu tertentu. Misal pada waktu menjelang
bulan suci Ramadhan sampai hari raya idul Fitri. Harga-harga barang mengalami kenaikan disebabkan adanya permintaan yang meningkat
akibat karyawan menerima duit tambahan berupa THR atau gaji ke-13 bagi
PNS.
2. Cost Push
Inflation (Kenaikan Biaya )
Inflasi ini disebabkan kenaikan biaya
produksi sehingga menyebabkan harga
barang dan jasa menjadi meningkat.
Kenaikan biaya produksi ini bisa berasal
dari dalam negeri atau luar negeri. Seperti kenaikan harga minyak dunia yang
menyebabkan harga barang di dalam negeri ikut terimbas dikarenakan kita
mengimpor minyak tersebut
Atau bisa juga disebabkan produksi bahan baku yang sedikit di dalam
negeri disebabkan gagal panen sehingga harganya menjadi naik.
Inflasi ini disebabkan kombinasi demand
pull inflation dan cost push inflation dimana adanya kenaikan yang meningkat
dan juga biaya produksi yang meningkat.
Dampak inflasi secara umum sebagai berikut :
1 1. Jika inflasi disebabkan karena meningkatnya
permintaan barang dan jasa (demand pull inflation), hal itu
menunjukkan gairah ekonomi di masyarakat yang meningkat akibat daya beli
meningkat sehingga roda usaha bisa berjalan dengan lancar. Positifnya bagi
dunia usaha mereka tentu lebih mempekerjakan lebih banyak orang dan membantu
menurunkan tingkat pengangguran.
Dengan semakin berkembangnya dunia
usaha, semakin membutuhkan modal dan permintaan kredit ke Lembaga Keuangan akan
meningkat.
2 2. Jika
inflasi disebabkan karena biaya yang meningkat sementara daya beli masyarakat
tidak naik. Yang biasanya dengan uang RP
10.000,- di tahun 2006 bisa membeli 2 kg beras di tahun ini hanya dapat 1 kg sehingga masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan kualitas dan kuantitas barang
tentu harus dikurangi. Dan imbas ke dunia usaha permintaan barang semakin
menurun, penjualan dunia usaha menurun mengakibatkan biaya produksi harus
dikurangi termasuk didalamnya mengurangi tenaga kerja. Yup., tingkat
pengangguran meningkat dan bagi yang memiliki kredit di bank dengan kondisi
seperti ini mengakibatkan pembayaran terhambat sehingga tingkat kualitas kredit
semakin menurun.
3. Bagi
para deposan, Uang yang disimpan akan tergerus jika nilainya dibawah nilai
inflasi. Missal didepositokan 3 bulan dengan bunga 4.5%/tahun sementara inflasi
saja rata-ratanya 5.94%.
Si fulan September
2017 menabung dalam bentuk deposito dengan nominal Rp 50 juta dengan tenor 3 bulan
dengan bunga 4.5% per tahun. Maka di bulan desember 2017, uang deposito si
fulan bertambah menjadi Rp 50,562,500.00 ( Pokok Rp 50.000.000,- + bunga
Rp 562.500,-) tetapi tanpa disadari nilai uang si fulan terkikis oleh si
inflasi sebesar Rp 742.500,- (Rp.50.000.000,- * 5.94%) sehingga secara riil
nilai uang itu sebesar Rp 49.257.500,-
So. Mari lebih jeli lagi melihat
peluang yang ada..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar