Selasa, 12 September 2017

Ayo, kenalkan aku si “Inflasi”



“Bu, nasi goreng satu porsi bu.” Pesan si ucok ke ibu penjual nasi goreng langganannya
“pake cabe cok ?” tanya si ibu
“gak bu, gak usah. Gak usah pake lama maksudnya” jawab si ucok
“berapa bu seporsi nasi gorengnya ?” Tanya ucok
“Rp 16.000,- aja cok.”jawab si ibu penjual nasi goreng
“ah, mahal kali bu. Tahun kmarin aja aku makan sini masih Rp 13.000,-. Ini udah lama gak makan disini naik pulak tu“sanggah ucok
“itulah kau cok, beras mahal cok, minyak apalagi. Coba kau cok sekali-kali belanja biar tau kau cok.” Jawab si ibu

Dari obrolan si ucok sebagai pelanggan dengan si ibu penjual nasi goreng dapat kita ambil kesimpulan bahwa untuk menikmati sesuatu dengan kuantitas (jumlah) yang sama, seseorang harus mengeluarkan nominal uang lebih besar.
Kenaikan harga yang kerap melanda Negara-negara yang ada di dunia kerap dikenal dengan istilah “inflasi”

“inflasi tu makhluk apa sih ?”
Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus dan tidak terjadi hanya pada 1 atau 2 barang saja dan dalam 1 tahun .

  Misalkan harga beras di tahun 2006 Rp. 5000,-
Tahun
Inflasi
Harga Beras (Rp)
2007
7.40%
5,370
2008
11.06%
5,964
2009
2.78%
6,130
2010
6.96%
6,556
2011
3.79%
6,805
2012
4.30%
7,097
2013
8.36%
7,691
2014
8.36%
8,334
2015
3.35%
8,613
2016
3.02%
8,873
Rata-rata
5.94%

Sumber : BPS yang sudah diolah

Dalam 10 tahun terakhir, terlihat perkembangan inflasi di Indonesia dari rentang tahun 2007 sampai dengan tahun 2016 dimana tertinggi diatas 10% terjadi di tahun 2008. Tingginya inflasi disebabkan adanya krisis global yang memberikan pengaruh terhadap Negara Indonesia.

Simulasi dengan perkembangan inflasi diatas, andaikan seseorang membeli satu kilogram beras dengan harga Rp. 5.000,-. Maka untuk membeli satu kilogram beras dengan kualitas yang sama, orang tersebut harus mengeluarkan nominal lebih banyak yaitu Rp 8.873 / Kilogram.

Indicator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah indeks harga KOnsumen (IHK) yang menunjukkan pergerakkan yang barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Perlu diketahui penyebab inflasi dibagi menjadi 3 yaitu :
      1.   Demand Pull Inflation (Kenaikan Demand)
Inflasi ini disebabkan adanya kenaikan permintaan barang dan jasa dari masyarakat sementara penawaran tetap. Keadaan ini terjadi pada waktu-waktu tertentu. Misal pada waktu menjelang bulan suci Ramadhan sampai hari raya idul Fitri. Harga-harga  barang mengalami kenaikan  disebabkan adanya permintaan yang meningkat akibat karyawan menerima duit tambahan berupa THR atau gaji ke-13 bagi PNS.
  
      2. Cost Push Inflation (Kenaikan Biaya )
Inflasi ini disebabkan kenaikan biaya produksi  sehingga menyebabkan harga barang dan jasa menjadi meningkat. 
Kenaikan biaya produksi ini bisa berasal dari dalam negeri atau luar negeri. Seperti kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan harga barang di dalam negeri ikut terimbas dikarenakan kita mengimpor minyak tersebut
Atau bisa juga disebabkan  produksi bahan baku yang sedikit di dalam negeri disebabkan gagal panen sehingga harganya menjadi naik.

3. Mixed Inflation (Campuran)
Inflasi ini disebabkan kombinasi demand pull inflation dan cost push inflation dimana adanya kenaikan yang meningkat dan juga biaya produksi yang meningkat.

Dampak inflasi secara umum sebagai berikut :
1    1.     Jika inflasi disebabkan karena meningkatnya permintaan barang dan jasa  (demand pull inflation), hal itu menunjukkan gairah ekonomi di masyarakat yang meningkat akibat daya beli meningkat sehingga roda usaha bisa berjalan dengan lancar. Positifnya bagi dunia usaha mereka tentu lebih mempekerjakan lebih banyak orang dan membantu menurunkan tingkat pengangguran.
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, semakin membutuhkan modal dan permintaan kredit ke Lembaga Keuangan akan meningkat.

2     2. Jika inflasi disebabkan karena biaya yang meningkat sementara daya beli masyarakat tidak naik.  Yang biasanya dengan uang RP 10.000,- di tahun 2006 bisa membeli 2 kg beras di tahun ini hanya dapat 1 kg sehingga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan kualitas dan kuantitas barang tentu harus dikurangi. Dan imbas ke dunia usaha permintaan barang semakin menurun, penjualan dunia usaha menurun mengakibatkan biaya produksi harus dikurangi termasuk didalamnya mengurangi tenaga kerja. Yup., tingkat pengangguran meningkat dan bagi yang memiliki kredit di bank dengan kondisi seperti ini mengakibatkan pembayaran terhambat sehingga tingkat kualitas kredit semakin menurun.  
 
      3. Bagi para deposan, Uang yang disimpan akan tergerus jika nilainya dibawah nilai inflasi. Missal didepositokan 3 bulan dengan bunga 4.5%/tahun sementara inflasi saja rata-ratanya 5.94%.
Si fulan September 2017 menabung dalam bentuk deposito dengan nominal Rp 50 juta dengan tenor 3 bulan dengan bunga 4.5% per tahun. Maka di bulan desember 2017, uang deposito si fulan bertambah menjadi Rp   50,562,500.00 ( Pokok Rp 50.000.000,- + bunga Rp 562.500,-) tetapi tanpa disadari nilai uang si fulan terkikis oleh si inflasi sebesar Rp 742.500,- (Rp.50.000.000,- * 5.94%) sehingga secara riil nilai uang itu sebesar Rp 49.257.500,-

So. Mari lebih jeli lagi melihat peluang yang ada..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar