“Ba’da sholat ashar ya, langsung
ke lapangan aja. Inget pukul 15:45 di lapangan kuningan village” pesan masuk di
Grup Telegram “Digital Futsal weekend”.
“gak terasa waktu menunggu pukul
15:30” hatiku masih berat bangun dari pulau kapuk empukku ini.
Yes, it’s time to futsal..
5 hari dalam seminggu dengan
minimal 9 jam setiap hari waktu yang dihabiskan dengan rutinitas pekerjaan di
kantor. Dengan kegiatan ini, lupakan sejenak hal-hal berkaitan dengan kantor. Waktunya
lepas bersenda gurau dengan rekan-rekan kerja. Mau itu berbeda level, itu mah
di kantor. Di lapangan, semua sama. Unity in diversity, guys. Kebersamaan,
fun dan sportivitas yang memang menjadi tujuan utama menyisihkan dua jam
berkumpul di lapangan.
Entah sejak kapan mulai menikmati olahraga ini. Ya, terkadang rada mager (males gerak). Karena futsal ini memang membuat badan cepat lelah (mungkin gak pernah olahraga kali ya..) dan yang menjadi intinyanya sebenarnya karena setiap kali bermain harus membayar..
Lumayan juga setiap orang membayar secara patungan Rp. 25.000,-/jam.. kalau 2 jam ya Rp 50.000,-
harus koyak juga dari kantong. Lumayan itu untuk makan satu hari. Itung-itung
anak kosan....
Masih nggak percaya aja dengan perubahan
yang terjadi sekarang dengan olahraga futsal ini yang katanya mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2012.
Dulu tahun 1990 an-2012an, kalau
mau main bola kaki (ungkapan di kampungku di medan) setiap sore langsung ke
belakang rumah,, main aja,, gak mesti bayar lapangan. Palingan bayar kalau
kalah saja. Itupun untuk beli aqua dingin dan diminum rame-rame. Kebersamaan,
fun dan interaksi itu yang semakin sulit ditemui sekarang.
Semakin sedikitnya ruang public yang
tersedia, lahan kosong yang tersedia semakin sulit ditemukan. Adapun, hanya
sebentar saja setelah itu langsung dibangun pemukiman.
Melihat kondisi seperti ini apa yang
dampaknya ?
Sarana permainan seperti lapangan
olahraga atau lapangan futsal yang harus berbayar. Apakah semua bisa
menikmatinya ?
Bagaimana dengan mereka yang masih mengenyam bangku sekolah atau belum memiliki penghasilan dengan penghasilan orangtuanya yang pas-pasan buat makan sehari-hari.
Tentu memberatkan..Cmiiw
Ada + 92 juta penduduk di usia 0 – 19 tahun di Indonesia berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dimana di usia tersebut mereka perlu belajar berinterkasi di kelompok social.
Usia
|
Jenis
Kelamin (Dlm Juta)
|
|
Pria
|
Wanita
|
|
0 -4
|
11.79
|
12.20
|
5 - 9
|
11.49
|
12.10
|
10 -
14
|
11.00
|
11.57
|
15 -
19
|
10.80
|
11.30
|
Total
|
45.08
|
47.17
|
Grand
Total
|
92.25
|
Ketika ruang public untuk sarana
bermain dan berinteraksi anak-anak tidak tersedia apa yang terjadi ?
Yes, Gadget. Interaksi anak-anak
akan lebih konsen ke gadget terutama handphone.
Mengambil hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan
Universitas Harvard, AS pada tahun 2014 dimana ada + 30 juta pengguna
internet di usia remaja dan lebih 50% nya mengakses dengan handphone.
Mereka bisa menjadi pribadi yang
tidak care dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih tahu kondisi si Artis “XYZ”
sakit apa ketimbang tetangganya yang sedang sakit parah. Semoga saja tidak seperti itu..
Hmmm… ternyata itu hanya
lamunanku saja. Semoga lamunan ini bukan hanya mimpi di sore bolong ini. Dan semakin
banyak nantinya ruang public yang dibangun dengan free (gratis)..
“Happy Weekend &
jangan lupa Olahraga”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar