Minggu, 10 September 2017

Footsalku : Fun dan Kebersamaan di tengah gadget era

“Ba’da sholat ashar ya, langsung ke lapangan aja. Inget pukul 15:45 di lapangan kuningan village” pesan masuk di Grup Telegram “Digital Futsal weekend”.
“gak terasa waktu menunggu pukul 15:30” hatiku masih berat bangun dari pulau kapuk empukku ini.
Yes, it’s time to futsal..

5 hari dalam seminggu dengan minimal 9 jam setiap hari waktu yang dihabiskan dengan rutinitas pekerjaan di kantor. Dengan kegiatan ini, lupakan sejenak hal-hal berkaitan dengan kantor. Waktunya lepas bersenda gurau dengan rekan-rekan kerja. Mau itu berbeda level, itu mah di kantor. Di lapangan, semua sama. Unity in diversity, guys. Kebersamaan, fun dan sportivitas yang memang menjadi tujuan utama menyisihkan dua jam berkumpul di lapangan.

Entah sejak kapan mulai menikmati olahraga ini. Ya, terkadang rada mager (males gerak). Karena futsal ini memang membuat badan cepat lelah (mungkin gak pernah olahraga kali ya..) dan yang menjadi intinyanya sebenarnya karena setiap kali bermain harus membayar..
Lumayan juga  setiap orang membayar secara patungan Rp.  25.000,-/jam.. kalau 2 jam ya Rp 50.000,- harus koyak juga dari kantong. Lumayan itu untuk makan satu hari. Itung-itung anak kosan....

Masih nggak percaya aja dengan perubahan yang terjadi sekarang dengan olahraga futsal ini yang katanya mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2012.

Dulu tahun 1990 an-2012an, kalau mau main bola kaki (ungkapan di kampungku di medan) setiap sore langsung ke belakang rumah,, main aja,, gak mesti bayar lapangan. Palingan bayar kalau kalah saja. Itupun untuk beli aqua dingin dan diminum rame-rame. Kebersamaan, fun dan interaksi itu yang semakin sulit ditemui sekarang.

Semakin sedikitnya ruang public yang tersedia, lahan kosong yang tersedia semakin sulit ditemukan. Adapun, hanya sebentar saja setelah itu langsung dibangun pemukiman.

Melihat kondisi seperti ini apa yang dampaknya ?
Sarana permainan seperti lapangan olahraga atau lapangan futsal yang harus berbayar. Apakah semua bisa menikmatinya ?

Bagaimana dengan mereka yang masih mengenyam bangku sekolah atau belum memiliki penghasilan dengan penghasilan orangtuanya yang pas-pasan buat makan sehari-hari.
Tentu memberatkan..Cmiiw

Ada + 92 juta penduduk di usia 0 – 19 tahun  di Indonesia berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dimana di usia tersebut mereka perlu belajar berinterkasi di kelompok social.


Usia
Jenis Kelamin (Dlm Juta)
Pria
Wanita
0 -4
11.79
12.20
5 - 9
11.49
12.10
10 - 14
11.00
11.57
15 - 19
10.80
11.30
Total
45.08
47.17
Grand Total
92.25
  
Ketika ruang public untuk sarana bermain dan berinteraksi anak-anak tidak tersedia apa yang terjadi ?
Yes, Gadget. Interaksi anak-anak akan lebih konsen ke gadget terutama handphone.
Mengambil hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Universitas Harvard, AS pada tahun 2014 dimana ada + 30 juta pengguna internet di usia remaja dan lebih 50% nya mengakses dengan handphone.   
Mereka bisa menjadi pribadi yang tidak care dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih tahu kondisi si Artis “XYZ” sakit apa ketimbang tetangganya yang sedang sakit parah. Semoga saja tidak seperti itu..

Hmmm… ternyata itu hanya lamunanku saja. Semoga lamunan ini bukan hanya mimpi di sore bolong ini. Dan semakin banyak nantinya ruang public yang dibangun dengan free (gratis)..



“Happy Weekend & jangan lupa Olahraga”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar