“Jarimu Harimaumu”
Jangan menjadi bagian One
Click Killer
“setiap pesan yang anda kirim
hanya butuh satu klik untuk menyebar. Satu KLIK bisa menentukan hidup seseorang
di luar sana atau bisa juga membahayakan dirimu sendiri”
Caption di sebuah social media
teman, ya merupakan menjadi teguran bagi para pengguna social media pada
umunya. Ungkapan lama itu bunyinya “Mulutmu harimaumu”, ungkapan ini tetap saja
berlaku tetapi sekarang lebih berkembang “Jarimu Harimaumu”. Di era gadget ini,
setiap orang bebas mengungkapkan pemikirannya, emosinya, kesukaannya bahkan
kebenciannya hanya dengan “KLIK” di
smartphone masing-masing.
Di Indonesia pengguna internet
via android smartphone sebanyak 124 juta pengguna dan myoritas menggunakan social
media, diantaranya : facebook, twitter, Instagram, Whatsapp, Line, path, dll.
Media social pada dasarnya
merupakan media untuk bersosial, berdiskusi dan berteman dan tanpa dibatasi
oleh jarak, usia dan tempat.
Orang Indonesia dengan mudah
berteman dengan orang yang ada di amerika, anak SD dengan muda chat dengan
mereka yang sudah dewasa. Apa yang
dishare oleh yang sudah dewasa, dengan mudah dibaca oleh mereka yang masih
anak-anak.
Dan Keberadaan media social ini
telah mengubah perilaku masyarakat terutama di kalangan anak muda yang menjadi
kurang care dengan lingkungan sekitarnya. Ketika duduk dengan temannya,
bukannya mengobrol malah diam diri dan sibuk dengan gadged dan update di social
media masing-masing.
“statusmu, Pribadimu”
“Pagi diawali dengan NGOPI (NGOPENI PIKIR)”
“Nyari modal usaha di masa muda”
“Pecat Rektor”
Kutipan diatas, merupakan update
status yang saya kutip dari beberapa orang.
Banyak lagi status yang lain, ada yang berisi caci makian, kebencian dan
kritikan. Seharusnya dengan adanya social media ini menjadi wawasan dan
menambah informasi bagi kita. Tidak hari tanpa update status seperti sudah
menjadi habit di kita.
Tetapi faktanya media social menjadi
tempat menghujat, menebar kebencian dan menjelek-jelekkan.
Tanpa disadari, update status yang
dibuat itu menunjukkan pribadi kita seperti apa ? apa yang sedang terjadi
dengan kita, dengan pasangan kita dan dengan keluarga kita?
Begitu mudahnya terkadang privasi
itu dipublish secara umum termasuk orang yang tidak kita kenal. Sehingga sering sekali pihak yang mungkin
tidak suka atau tidak dikenal mengambil keuntungan dengan hal tersebut.
Dengan menanyakan melalui pesan
inbox “ ada apa ?”, “ tinggalnya dimana
?” “sudah menikah atau belum ?”, “Berapa nomor handphonenya ?” dsb.. hal ini
yang berbahaya disebabkan malah pihak luar atau yang tidak dikenal tadi malah
menambah runyam permasalahan.
Self Control
Secanggih apapun teknologi yang
ada, endingnya kembali ke kita. Apakah kita mau yang mengendalikan social media
kita atau malau kita yang dikendalikan oleh social media yang ada dan
menjadikan social media ini bener-bener bermanfaat sebagai media sharing
pengetahuan, bukan sarana menghujat atau menyebar hoax.
Thankx