Kamis, 28 September 2017

You are what you click


“Jarimu Harimaumu”
Jangan menjadi bagian One Click Killer
“setiap pesan yang anda kirim hanya butuh satu klik untuk menyebar. Satu KLIK bisa menentukan hidup seseorang di luar sana atau bisa juga membahayakan dirimu sendiri”

Caption di sebuah social media teman, ya merupakan menjadi teguran bagi para pengguna social media pada umunya. Ungkapan lama itu bunyinya “Mulutmu harimaumu”, ungkapan ini tetap saja berlaku tetapi sekarang lebih berkembang “Jarimu Harimaumu”. Di era gadget ini, setiap orang bebas mengungkapkan pemikirannya, emosinya, kesukaannya bahkan kebenciannya hanya dengan  “KLIK” di smartphone masing-masing.

Di Indonesia pengguna internet via android smartphone sebanyak 124 juta pengguna dan myoritas menggunakan social media, diantaranya : facebook, twitter, Instagram, Whatsapp, Line, path, dll.
Media social pada dasarnya merupakan media untuk bersosial, berdiskusi dan berteman dan tanpa dibatasi oleh jarak, usia dan tempat.

Orang Indonesia dengan mudah berteman dengan orang yang ada di amerika, anak SD dengan muda chat dengan mereka yang sudah dewasa.  Apa yang dishare oleh yang sudah dewasa, dengan mudah dibaca oleh mereka yang masih anak-anak.

Dan Keberadaan media social ini telah mengubah perilaku masyarakat terutama di kalangan anak muda yang menjadi kurang care dengan lingkungan sekitarnya. Ketika duduk dengan temannya, bukannya mengobrol malah diam diri dan sibuk dengan gadged dan update di social media masing-masing.

“statusmu, Pribadimu”
  
“Pagi diawali dengan NGOPI (NGOPENI PIKIR)”
“Nyari modal usaha di masa muda”
“Pecat Rektor”

Kutipan diatas, merupakan update status yang saya kutip dari beberapa orang.  Banyak lagi status yang lain, ada yang berisi caci makian, kebencian dan kritikan. Seharusnya dengan adanya social media ini menjadi wawasan dan menambah informasi bagi kita. Tidak hari tanpa update status seperti sudah menjadi habit di kita.

Tetapi faktanya media social menjadi tempat menghujat, menebar kebencian dan menjelek-jelekkan.
Tanpa disadari, update status yang dibuat itu menunjukkan pribadi kita seperti apa ? apa yang sedang terjadi dengan kita, dengan pasangan kita dan dengan keluarga kita?

Begitu mudahnya terkadang privasi itu dipublish secara umum termasuk orang yang tidak kita kenal.  Sehingga sering sekali pihak yang mungkin tidak suka atau tidak dikenal mengambil keuntungan dengan hal tersebut.

Dengan menanyakan melalui pesan inbox  “ ada apa ?”, “ tinggalnya dimana ?” “sudah menikah atau belum ?”, “Berapa nomor handphonenya ?” dsb.. hal ini yang berbahaya disebabkan malah pihak luar atau yang tidak dikenal tadi malah menambah runyam permasalahan.

Self Control
Secanggih apapun teknologi yang ada, endingnya kembali ke kita. Apakah kita mau yang mengendalikan social media kita atau malau kita yang dikendalikan oleh social media yang ada dan menjadikan social media ini bener-bener bermanfaat sebagai media sharing pengetahuan, bukan sarana menghujat atau menyebar hoax.

Thankx


Baca Selengkapnya >>>

Senin, 25 September 2017

Menabung : “Saving to be rich”

Menabung itu pangkal kaya perlu menjadi pedoman bagi kita bahwa menabung itu harus menjadi sebuah kebiasaan di keluarga.  Menabung itu harus dibangun sejak “kids jaman now” atau dengan kata lain dimulai sejak usia dini.   

Menabung itu sama dengan membangun kebiasaan hidup hemat. Tetapi bicara “hemat” itu tidak sama dengan pelit.  Kalau pelit intinya yang penting murah, berbeda dengan hemat kalau hemat itu dilihat dulu perbandingan harga dari beberapa produk.

Berdasarkan sumber Liputan 6.com, Kepala Departemen Pengawasan Bank III OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Teguh Supangkat‎ menyatakan bahwa rasio saving terhadap GDP Indonesia sebesar 30.87 %. Dan masih rendah dibandingkan beberapa beberapa negara ASEAN lainnya.  Artinya porsi tabungan penduduk Indonesia baru sekitar 30.87 %.

Tabel Perbandingan Rasio Tabungan terhadap GDP
Saving to GDP Ratio
Indonesia 
30.87%
Singapura
46.73%
Filipina 
46.00%
Jepang 
70.00%
Tiongkok
48.80%
Korea 
35.11%

Secara umum, tabungan yang meningkat diharapkan bisa menjadi sumber dana dalam memajukan pembangunan terutama di sector UMKM sehingga bisa disalurkan dalam kredit sebagai modal usaha dan dengan peningkatan penggunaan kredit nantinya diharapkan semakin banyak terserap tenaga kerja.

Mengutip dari kontan.co.id  tanggal 2 november 2016 perihal tabungan masyarakat yang masih stagnan dipaparkan hal-hal sebagai berikut :
1.  Rumah tangga dengan pendapatan terendah rasio tabungannya hanya sebesar 5,2% dari pendapatannya. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 5.2% dari pendapatannya untuk ditabung.
2.  Kelompok berpendapatan paling tinggi menyisihkan 12,60% di pos tabungan. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 12.5% dari pendapatannya untuk ditabung.
3.   Rata-rata rasio tabungan rumah tangga Indonesia terhadap total pendapatan juga rendah, hanya 8,5%. Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di level ini menyisihkan sebesar 8.5% dari pendapatannya untuk ditabung.

Ada beberapa alasan seseorang tidak menabung yaitu :
1. Tidak punya plan keuangan
Seseorang cenderung tidak menabung dikarenakan tidak memiliki rencana dan motivasi kenapa harus menabung. Sehingga penghasilan yang didapat tidak diprioritaskan dialokasikan dalam bentuk tabungan. Bahkan karena tidak memiliki plan, sering sekali penghasilan habis digunakan secara foya-foya.

2. Short Term Thinking (Pola Pikir Jangka pendek)
Pola pikir masyarakat yang tidak memberikan keuntungan dalam jangka pendek dianggap masih belum dibutuhkan. Tetapi, kalau ada yang menawarkan sesuatu dengan iming-iming yang memberikan keuntungan tidak masuk akal seperti MMM (Movrodi Mondial Moneybox) dengan imbalan hasil 30% per bulan atau 360%/tahun dari uang yang disetor dengan mengambil paket minimal 1 juta dan maksimal 10 juta dengan mendaftar di website ‘MMM. Wow..amazing…investasi mana yang bisa memberikan keuntungan gila seperti itu atau dengan kemampuan dimas kanjeng taat pribadi yang katanya bisa menggadakan uang. . Tetapi itu yang diburu oleh masyarakat. Ketidak masuk akalan itu menjadi masuk akal

3. Kebiasaan Jam Karet (Menunda)
Kalau sudah menjadi kebiasaan, tentu actionnya harus dipaksa untuk mengubah kenyamanan tadi menjadi kebiasaan baru. Dan butuh usaha yang terus menerus untuk mengubah kebiasaan menunda-nunda ini atau besok-besok ajalah.

Terkait membangun kebiasaan menabung, kebiasaan ini akan menjadikan seseorang sulit memiliki tabungan disebabkan setiap memiliki penghasilan. Jawabannya “ah, besok lah. Ah ntar lagi lah,”.. eh tau taunya usia semakin tua dan tabungan sedikitpun tidak ada. Dan berakhir dengan penyesalan dengan kata-kata dalam hati “ kenapa ya dari dulu aku gak menabung??”

Sekarang ini menabung itu tidak melulu hanya dalam bentuk rekening tabungan tetapi variasinya semakin banyak yaitu :
1. Emas
          2. Property
      3. Kebun
      4. Tabungan Rencana
      5. Deposito,
      6. Unit Link, dsb

So, sudahkah anda menabung ????
Baca Selengkapnya >>>

Selasa, 19 September 2017

Geliat Industri mobil China di Indonesia

“Handphone dari china, tv dari china, sekarang mobil dari china mulai menjadi trending topic di dunia otomotif indonesia apalagi semenjak pameran Gaikindo Indonesia international Auto Show (GIIAS) tanggal 10 sd 20 agustus 2017 di BSD Bekasi.

PT. SGMW Motor Indonesia melalui mobil “Wuling” menjadi daya Tarik tersendiri pada pameran otomotir terbesar di asia tenggara dan merupakan mobil paling popular di negeri china di tahun 2016.
“Wuling motor”, mobil pabrikan china yang ikut berperan di Pameran otomotif Gaikindo agustus 2017 ini dengan bandrol mulai dari Rp128,8 juta untuk varian terendah, dan Rp162,9 juta pada varian tertinggi. Dari harga mobil yang ada, harga yang dibanderol tergolong murah dibandingkan mobil pabrikan amerika, jepang dan eropa.

Sebenernya kalau berbicara mobil pabrikan china yang masuk ke indonesia, ini bukan yang pertama tetapi di tahun 2010 sudah ada merk geely, foton dan chery yang masuk ke Indonesia sebagai penantang baru di industry otomotif di indonesia.

Potensi pasar otomotif Indonesia

Dikutip dari detikoto tanggal 12 maret 2017, Menperin Airlangga Hartarto memprediksi dalam 3 tahun lagi yakni di 2020 penjualan mobil akan mencapai 2,5 juta unit. Hal ini menunjukkan adanya potensi yang tinggi Penjualan mobil, berdasarkan data penjualan tahun 2014 sebesar 1.2 juta unit.
Selain itu, Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil ke dealer pada kuartal I 2017 tercatat sebanyak 283.245 unit, naik sebesar 5,96 persen dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu yakni 267.302 unit.
Pencapaian diatas, menjadi target empuk bagi para produsen otomotif untuk berebut kue terutama bagi mereka yang belum masuk ke Indonesia.

Historia vitae magistrae

Belajar dari pengalaman produsen mobil pabrikan china yang kalah bersaing dengan pabrikan mobil seperti Toyota, Nissan, Ford dll.. terkait dengan layanan purna jualnya sehingga dari sinilah PT. SGMW Motor Indonesia akan membangun pabrik seluas 60 hektar di cikarang pusat Bekasi jawa barat yang pembangunannya rampung tahun ini dengan pembagian 30 hektar untuk pabrik dan 30 hektar untuk supplier park. Dan juga akan membangun 50 dealer yang tersebar di seluruh Indonesia sehingga konsumen dari wuling ini nantinya mudah mendapatkan pelayanan terkait sparepart atau servis lainnya.

Indonesia menjadi pasar bagi negara lain, how about Indonesia ?

Menjadi raja di negeri sendiri tentu menjadi suatu kebanggaan, and menjadi motivasi bagi bangsa ini untuk menghasilkan karya otomotif sendiri..

“ini mobil buatan Indonesia” banggaku akan karya negeri ini
Baca Selengkapnya >>>