Sabtu, 22 Desember 2018

Sepotong Surat Kecil Buat Ibuku

Buat Ibuku yang terhebat !!!

Semoga Engkau selalu dalam lindungan Allah SWT diberikan keberkahan dan Kesehatan. Aaminn..
Hari ini adalah hari yang sangat istimewa bagi semua anak untuk memberikan sesuatu yang special kepada Ibunya, seorang malaikat tanpa sayap. Bagiku dengan Jarak yang jauh, hanya doa terbaik yang dapat aku panjatkan di setiap Doaku kepada Sang Pencipta, hadiah terbaik buat engkau. Seseorang yang telah berjuang tak kenal lelah memberikan perhatian, semangat dan doa buatku dan Abangku.

Ada begitu banyak hal dan momen yang ingin aku katakan kepadamu tentang perjuangan yang telah engkau lakukan buat Kami.

Ibu

Aku ingat engkau begitu tabah saat orang lain memberikan kata – kata yang merendahkan kepada kita akan perjuangan hidup itu. Seolah – olah hal yang mustahil bagi kami. Bagi mereka, mimpi itu mustahil buat kamu karena dilahirkan dengan kehidupan ekonomi yang sangat pas – pasan. Melihat tetangga dengan kendaraan yang silih berganti, terkadang dalam hati “betapa enaknya hidup mereka” dapat menikmati hal tersebut.

Aku ingat sebuah momen ketika engkau membeli sebuah kulkas. Tapi, orang lain dengan kata – kata membuat mengelus dada “ Iyalah, mereka kan bisa membeli Kulkas, karena makannya pun diirit – irit, gak kayak kita yang makannya enak terus”. 

Aku ingat ketika momen kami (aku dan abang) melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Orang lain dengan kata – katanya “Emang mau jadi apa sekolah tinggi – tinggi, Emang mau nambah pengangguran ?”. Engkau menjawab : “ Mau jadi apapun, itu rezeki anak – anak, yang penting kita berdoa dan berusaha.”

Engkau yang menguatkan diriku, menguatkan semangatku, dan menguatkan perjuangkanku. Engkau selalu berdoa pada Allah SWT agar kami sukses dimanapun kami berada. Engkau selalu melindungi aku begitu kerasnya ketika orang lain berusaha menyakiti perjuanganku.

Aku ingat kesedihan mendalam dalam hidupmu ketika kita kehilangan Almarhum Rony, adik yang selalu menyertai dan menemanimu disaat aku berada jauh. Iya, 16 Mei 2013 tepat di malam jum’at itu menjadi malam kelabu bagi kita. Kita kehilangan orang yang paling tersayang dan terbaik dalam kehidupan kita untuk selama – lamanya. Serasa tidak percaya, Beberapa Jam yang lalu di hari itu, Kita masih ngobrol dengan Si Bungsu Tapi Allah SWT punya rencana lain dan lebih sayang.
Aku dan Ibu harus pulang dengan membawa sekujur tubuh Si Bungsu yang telah kaku.
Engkau Ibu tak kuasa menahan tangis di dalam Ambulance sambil memandangi Wajah Si Bungsu hingga tubuh rentamu tak kuasa dan rubuh begitu sampai di Rumah. Aku ingat berhari – hari engkau panjatkan doa dengan tetesan air mata dan masih nggak percaya akan kepergiannya.

Hikmah yang sangat luar biasa bagiku bahwa Sesuatu itu akan sangat berarti keberadaannya ketika kita kehilangan sosok yang berjasa dalam hidup kita. Mari gunakan dan habiskan waktu sebaik - baiknya dengan Ibu Kita. Peluklah Ia, pijitin kakinya dan ngobrol bareng. Kita tidak tahu sampai kapan bisa menikmati kebersamaan dengannya. Berikan penghargaan kepadanya selagi masih bernafas..

Aku ingat betapa berat rasanya begitu harus berada jauh dari engkau demi menjalani perjuangan hidup ini. Aku berharap aku bisa bersama engkau dan berusaha menjadi panutan terbaik.        

Ibu
Tentu engkau masih ingat sebuah momen berharga ketika aku gagal mengikuti seleksi di perusahaan multinasional dan BUMN kala itu. Perusahaan yang menjadi impianku sejak lama. Beberapa tahapan aku lalui dengan waktu yang cukup lama selama 3 bulan untuk mengikuti seluruh tahap seleksinya hingga akhir dan menyisakan beberapa kandidat. 2 perusahaan sekaligus hingga tahap akhir. Berbagai upaya sudah dilakukan, akan tetapi pada akhir Pengumuman ternyata belum lolos.

Seketika juga semangatku langsung turun drastis dan menjadi renunganku “Salah apa aku ini, padahal Ibadah baik wajib maupun Sunnah sudah aku lakuin ?”.. Nafsu makan mulai menurun dan rasanya keberuntungan gak akan berpihak sama aku. Beberapa hari aku murung dan gak mau bicara dengan siapapun termasuk engkau. Aku malah sempat menyalahkan diri dengan kondisi aku sekarang. Pada titik terendah itu, engkau mengajak aku konsultasi dengan seorang Ustadz agar dapat segera fight kembali.

Hal yang sampai sekarang membekas dari Ustadz tersebut dengan percakapan berikut :
Ustadz  : Riki, Tujuan kamu datang kemari apa ?”
Saya     : Mau Konsultasi Ustadz, Setiap seleksi masuk perusahaan bonafid selalu berakhir di tahap terakhir ya Ustad. Padahal, Berbagai upaya sudah dilaksanakan. Mohon solusinya ustadz ?
Ustadz : Gini aja, Niat kamu kalau seleksi lulus apa ?
Saya     : (sambil berpikir) Kalau lulus, maka setengah gaji pertama saya akan disumbangkan ke Anak  yatim.
Ustadz : Udah jangan muluk – muluk.. Niat kamu cukup membahagiakan orang tua kamu..

Mendengar jawaban dari Ustadz tersebut, sambil merenung ternyata benar bahwa Do’a Orangtua itulah yang paling ampuh dalam mengantarkan kesuksesan bagi anak – anaknya. Alhamdulillah, Gak lama setelah itu, aku mendapatkan panggilan untuk mengikuti seleksi di perusahaan yang sekarang ini dengan melewati beberapa tahapan. Dan, aku dinyatakan lulus dan berkewajiban mengikuti Pendidikan di Ibukota Jakarta.

Sebuah Pelajaran berharga yang Allah SWT berikan. Aku bangga walaupun engkau gak memiliki pendidikan tinggi seperti orang tua yang lain. Akan tetapi, Bagiku, Engkau adalah Guru terbaik dalam hidup yang mengajarkan kami makna perjuangan dan makna Syukur.

Semakin hari semakin terlihat raut wajah dengan kerutan. Aku menyadari Engkau sudah mulai menua. Saat aku berjalan dibelakang engkau, terlihat rambut yang semakin memutih.  Dulu engkau yang menjagaku, sekarang masa itu sudah berganti. Peran itu harusnya sudah aku gantikan. Maafkan aku karena belum menjalankan peran itu. Bahkan, aku masih membutuhkan bantuan dari Engkau. Saat ini, aku berjanji untuk berusaha lebih keras lagi menjadi kebanggaan dan menjadi berguna buat orang lain dan masyarakat.

Sebuah kutipan yang cukup mengena di Hati dari social media ini dapat dijadikan sebagai Pengingat diri akan kehadiran seorang Ibu :
  Biarpun Sholatmu beribu - ribu rakaat
  Biarpun Sedekahmu berjuta - juta Rupiah
  Biarpun Hajimu berkali - kali
  Tapi Saat Kau gores hati Ibumu
  Surga Bukan Milikmu

Aneh memang Jika aku harus menuliskan sepucuk surat ini kepada mu. Padahal tinggal menggunakan Handphone dengan Video Call rutin seperti biasa dan mengucapkan “Selamat hari ibu”, Engkau pasti akan senang mendengarnya. Tapi sengaja Kata demi kata ini aku tulis dengan setulus hati untuk memberikan sesuatu yang berharga dan terbaik dalam hidupku.

Maafkan Aku Ibu….
Aku sering tidak menghargai masakan yang telah engkau hidangkan dengan susah payah sepulang sekolah dulu. Jangan pernah ragu memasakkan aku terutama soto dan masakan lain yang lama tidak aku nikmati semenjak jauh dari Rumah. Kangen rasanya dimasakin dan menikmati masakan itu.

Maafkan Aku Ibu
Aku pernah membantah saat engkau melarang aku melakukan hal ini, melarang melakukan hal itu.. Dengan mudahnya, aku mengganggap engkau cerewet. Sekarang, aku menyadari betapa besarnya arti kasih sayang engkau. Jangan pernah lelah menasehati aku karena nasehatmu merupakan Doa terbaik dalam hidupku.

Terima kasih..
Terima kasih atas perjuangan yang telah engkau berikan kepadaku. Engkau mengajarkan perjuangan hidup. Sebuah kata yang sampai sekarang menjadi pedoman hidup aku “ Mau pilih mana ? Keringat berjuang sekarang atau Keringat di masa tua ? Kalau mau santai – santai sekarang, Ntar di masa tua kita merasakan capek berkeringat. Tapi Kalau kita berkeringat sekarang, Insya Allah kita menikmati masa tua ”..

Semoga tulisan yang engkau baca ini tetap menjadi penyemangat dan Doa Buat aku. Terima kasih telah hadir dalam hidupku. Selamanya, Aku mencintai engkau, Ibuku hingga liang Lahat.. I love You Mom Forever


Dari Putramu,

Penganggum terbaikmu

Jakarta, 22 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar