Selasa, 25 Desember 2018

Bijak dalam Berinvestasi Cryptocurrency

Bitcoin, tentu sebagian besar sudah mendengar dan tidak asing dengan kata ini. Bitcoin itu merupakan mata uang virtual (cryptocurrency) yang sangat populer saat ini, bentuknya berupa data yang disebarkan ke seluruh pengguna Bitcoin dengan menggunakan teknologi kriptografi sebagai keamanannya.

Selain Bitcoin, ada banyak Cryptocurrency yang beredar di seluruh dunia. Pada Bulan November 2017, tercatat kurang lebih sebanyak 1.300 Cryptocurrency diantaranya Ethereum, Ripple, Litecoin, EOS, Cardano, Stellar, NEO, IOTA, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Penggunaan Cryptocurrency di Indonesia masih menjadi kontroversi. Ada yang menganggapnya sebagai salah satu instrumen investasi, ada juga yang melarang penggunaannya terkait legalitasnya.
Sah – sah saja memiliki pendapat yang berbeda. Akan tetapi, Bagi yang mempercayai dan meyakini Bitcoin ini sebagai salah satu instrumen Investasi maka perlu adanya pengetahuan perihal Bitcoin agar tidak rugi di kemudian hari.

Dengan tawaran dan iming-iming keuntungan yang berlipat jika membeli salah satu produk Cryptocurrency tersebut. Jangan sampai investasi kita bukannya memberi untung akan tetapi menjadi buntung.

Cerita dari Pengalaman pribadi Seorang Teman, sebut saja namanya Fulan. Awalnya ybs ditawarkan sebuah investasi berupa sebuah cryptocurrency oleh eks rekan kerjanya. Melalui sebuah pesan singkat di sosial media, dikirimkan beberapa halaman yang berisi tentang prospectus sebuah cryptocurrency yang ditawarkan. Setelah beberapa hari kemudian, disepakatilah janji untuk ketemuan di sebuah kafe Kawasan Blok M.

Lalu Pertemuan antar sang marketter (eks rekan kerjanya) dengan Si Fulan melalui obrolan akan pentingnya sebuah investasi Crytpocurrency ini. Dengan panjang lebar, dijelaskannya prospek yang bagus dan sebagainya. Hal yang menarik dan menggiurkan itu adalah Jika kita dapat mengajak orang lain untuk berinvestasi di Cryptocurrency ini, maka kita akan mendapat insentif.

Penjelasan dari marketter kepada Si fulan tadi dengan begitu menggebu – gebu agar bisa menginvestasikan uang membeli cryptocurrency tersebut dengan ilustrasi singkat seperti berikut :
Ø  ABDCoin melakukan Penawaran Awal (Pre-Sale & ICO (Initial Coin Offering)) ke market pada April sd. Juni 2018. Pada kesempatan ini Anda bisa mendapatkan harga ditingkat yg sangat murah dan terjangkau
Ø  Sebelum masuk masa ICO (Mei sd. Juni 2018), Developer melakukan Pre-Sale atau Pra-Penjualan selama April 2018, sebanyak 500.00 koin, dengan harga Perkoin $ 0.8 atau sama dengan Rp. 12.000,- perkoin. [SOLDOUT].
Ø  Selepas Masa Pre-Sale, maka saat ini sudah masuk Masa ICO (Mei sd. Juni 2018) dengan Total Supply ICO sebanyak 2.000.000 koin, yang akan dimulai dari harga $ 1.1 atau Rp. 16.500/koin dan setiap round (terdistribusi 200.000), maka harga akan naik sesuai rule berikut :
– Round 01 (200.000) = $ 1.1 (16.500/koin)
– Round 02 (200.000) = $ 1.2 (18.000/koin)
– Round 03 (200.000) = $ 1.3 (19.500/koin)
– Round 04 (200.000) = $ 1.4 (21.000/koin)
– Round 05 (200.000) = $ 1.5 (22.500/koin)
– Round 06 (200.000) = $ 1.6 (24.000/koin)
– Round 07 (200.000) = $ 1.7 (25.500/koin)
– Round 08 (200.000) = $ 1.8 (27.000/koin)
– Round 09 (200.000) = $ 1.9 (28.500/koin)
– Round 10 (200.000) = $ 2.0 (30.000/koin)
Sehabis pertemuan itu, Sang marketter terus memprospek SI Fulan ini dan akhirnya dengan rasa tidak enakan karena eks rekan kerjanya, Si Fulan tersebut membeli sebanyak 100 coin dengan harga per coin sebesar $ 0.8 sehingga total yang ditransfer yaitu Rp 1.200.000,-..

Tentu, dengan uang yang telah diinvestasikan, diharapkan ada keuntungan yang semakin bertambah. Hampir setiap hari, Si Fulan melihat perkembangan cryptocurrency tersebut. Dengan rasa gembira, harganya naik secara perlahan – lahan dan terakhir kenaikan harganya mencapai $ 1.6 per coinnya di Bulan September 2018.

Di Saat yang bersamaan, Si Fulan membutuhkan uang untuk membayar cicilan Rumahnya. Ditanyalah ke temannya selaku Marketter terkait prosedur pencairannya. Ternyata, Untuk melakukan penarikan (withdrawal) dan melakukan penjualan cukup rumit, tidak semudah yang disampaikan pada saat menawarakannya. Harus deal dengan pasar terkait harga yang ditawarkan. Karena butuh cepat, maka SI Fulan menawarkan harganya sesuai dengan dibeli $ 0.8 dan ternyata tidak ada juga peminatnya.

Sebulan kemudian saat si Fulan akan melihat apakah ada yang membeli cryptocurrencynya. Alamat web Cryptocurrency tersebut tidak bisa dibuka, begitu dihubungi temannya tadi. Jawabannya karena server dan jaringannya mengalami kendala. Setelah beberapa hari, Web tersebut normal kembali dan masih belum laku juga Cryptocurrency tadi.

Kemudian, Bulan November 2018 saat akan membuka alamat web tersebut. Keterangan yang muncul di layar “Unable to Connect” hingga hari ini. Teman yang menawarkan cryptocurrency malah tidak bisa dihubungi dan tidak memberikan respon sama sekali. Kesal, Jengkel dan marah menjadi satu.

Kejadian ini menjadi sebuah pelajaran penting bahwa untuk melakukan kegiatan investasi itu harus memiliki keputusan yang matang dan diluar dari rasa tidak enakan. Hal penting adalah Penipu dalam Investasi itu sangat ahli dalam membujuk (persuasi) orang lain dengan berbagai trik untuk mempengaruhi calon korbannya. Jangan tertipu dengan janji manis demi terhindar dari Investasi Bodong dan Pepesan kosong.

Tidak ada salahnya juga untuk mencoba memilih sebuah cryptocurrency sebagai instrumen investasi. Akan tetapi, perlu dipertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

1. Pengetahuan akan investasi Cryptocurrency

“Resiko datang dari ketidaktahuan akan apa yang anda lakukan”-- Warren Buffett

Quote diatas menunjukkan bahwa investasi apapun itu akan memiliki resiko yang semakin besar jika kita tidak memiliki pengetahuan terkait investasi tersebut. High Risk, High Return berlaku dalam dunia Investasi. Belajar, belajar dan belajar adalah kunci utamanya.

Dalam melakukan investasi apapun, perlu dipegang sebuah aturan : jangan pernah berinvestasi pada sesuatu yang belum anda pahami dengan baik. Untuk itu, bijaklah dalam mengambil sebuah keputusan apakah dengan bertanya kepada Pakar Keuangan bukan kepada Pemasar produk investasi atau menunda terlebih dahulu untuk mempelajarinya dan mempelajari dari buku atau pelatihan yang ada.

2. Nilainya yang sangat Fluktuatif

Pada tahun 2010, harga Bitcoin itu berkisar di harga Rp 100 sd 1000. Hari ini tanggal 25 Desember 2018 Pukul 16:10 WIB, harganya sudah mencapai Rp 55.049.543,-.. Melihat lonjakan yang drastis ini, tentu calon pembeli harus berhati – hati sebelum melakukan pembelian. Berinvestasi di Cryptocurrency ini harus siap – siap seandainya rugi bahkan kehilangan dana yang diinvestasikan.

3. Likuiditas

Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan kehidupan seseorang. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi 1 menit ke depan, 1 Jam ke depan, 1 Bulan ke depan bahkan 1 tahun ke depan. Harapannya tetap baik – baik saja. Bisa saja, Kita membutuhkan uang secara mendesak untuk membiayai keluarga yang sakit, membeli sebuah handphone karena kehilangan, Memperbaiki mobil, membiayai anak yang sakit, dsb.

Investasi yang telah ditanamkan inilah diharapkan dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan tak terduga tersebut. Tentunya, tingkat likuiditas yang tinggi menjadi pertimbangan penting sehingga dapat dicairkan kapan saja pada saat dibutuhkan.

4. Jika masih Ragu, Lebih baik Pilih instrumen Investasi yang lain

Di era sekarang ini, kita dihadapkan pada berbagai pilihan produk investasi baik investasi riil seperti property, emas dan kebun maupun investasi finansial seperti ORI, Saham, Deposito dan unitlink. Dalam mengambil sebuah keputusan untuk berinvestasi, perlu ketetapan hati yang tentunya diperkuat dengan pengetahuan akan produk yang mau dibeli. Jika masih ada keraguan terhadap produk investasi misalnya Cryptocurrency ini, lebih baik tinggalkan dan mencari produk lain yang lebih dikenal.

Ingat !!! Berinvestasi memang beresiko. Akan tetapi, jauh lebih beresiko Jika kita tidak Berinvestasi.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

1 komentar:

  1. Mantap kuotnya pak, "Berinvestasi memang beresiko. Akan tetapi, jauh lebih beresiko Jika kita tidak Berinvestasi"

    BalasHapus