Tantangan dan Peluang Industri Kertas
Beberapa hari ini Kota Jakarta
diguyur hujan lebat disertai dengan angin kencang menyebabkan sejumlah
ruas jalan tergenang banjir dan menyebabkan beberapa titik lokasi di
Jakarta terkena banjir. Melihat fenomena alam ini, tentu menjadi
renungan bagi kita semua sesuai dengan lantunan lagunya Ebiet G. Ade, “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita atau Alam yang enggan bersahabat dengan kita ?”. Sambil memandangi langit gelap di pukul 14:00 siang dengan penuh harap dalam hati “ semoga lingkunganku nggak kebanjiran”.
Kita
berharapnya “hujan boleh asalkan tidak banjir. Panas boleh asalkan
tidak kemarau” tetapi yang terjadi seperti Banjir, bisa jadi karena ulah
manusia sendiri yang melakukan penebangan pohon atau membuang sampah
secara sembarangan.
Indonesia
ini merupakan Negara kaya dengan hasil alam yang melimpah meliputi
hasil laut, flora, fauna dan hasil alam lainnya. Hasil alam ini bisa
diolah menjadi beragam produk-produk yang memiliki nilai jual. Entah
kenapa hasil alam ini malah menimbulkan segelintir orang tergiur
melakukan eksploitasi seperti penebangan liar demi mengeruk keuntungan
semata tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan
orang lain.
Hasil kayu
merupakan hasil alam yang bisa diolah menjadi aneka produk. Salah satu
produk olahan yang cukup familiar adalah kertas. Kertas pada umumnya
dibuat dari kayu lunak seperti pinus, cemara, akasia dan cedar yang
diolah menjadi bubur kayu (pulp).
Kertas
merupakan media yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan kita
sehari-hari dan sudah menjadi barang primer atau pokok baik dari
anak-anak sampai dewasa dan lintas profesi. Tidak hanya sebagai media
menulis tetapi juga media lain seperti iklan, brosur dan packaging bagi
sebuah produk.
Sebagai
informasi bahwa 1 batang pohon kayu yang layak tebang bisa menghasilkan
16 rim kertas atau kurang lebih 8000 lembar kertas. Sementara
berdasarkan data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) pada tahun
2007 bahwa konsumsi kertas di Indonesia sekitar 6 juta ton per tahun.
Bayangkan saja dengan kuantitas tersebut, maka setidaknya ada 750.000
batang pohon yang harus ditebang demi memenuhi kebutuhan kertas di dalam
negeri. Dan itu pun akan terus bertambah setiap tahun seiring dengan
penambahan populasi penduduk.
Hal
ini tentu memberikan dampak terhadap kelestarian lingkungan akibat
penebangan pohon ini. Disini peran serta baik dari Produsen kertas,
Pemerintah dan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga kelestarian
lingkungan dengan paparan berikut :
1. Produsen Kertas
Produsen kertas tentu memillki tujuan utama untuk mencari keuntungan (profit). “Jangan Habis Manis Sepah Dibuang”.
Perusahaan yang bergerak dalam produksi kertas juga harus menyadari
bahwa dari kegiatannya melakukan penebangan pohon tentu berdampak
terhadap lingkungan dan masyarakat.
Untuk
itu, Para produsen kertas ini tidak hanya mengeruk keuntungan tetapi
ada environment cost atau biaya yang harus dikeluarkan demi menjaga
ekositem lingkungan ini dengan melakukan proses penebangan secara
terpilih dan terjadwal serta dengan segera melakukan penanaman terhadap
lahan yang sudah ditebang.
2. Pemerintah Sebagai Regulator
Pemerintah
memiliki peran penting dalam menjaga kelestaran lingkungan dengan
regulasi atau penegasan aturan yang telah dibuat. Dengan aturan yang
dibuat tersebut, diharapkan, kondisi lingkungan terjaga secara kondusif
sehingga para produsen kertas dalam melakukan aktivitas usaha tidak
berlaku secara brutal.
Terhadap
Masyarakat, Peran pemerintah ini sebagai roda penggerak bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dengan memberikan edukasi
dan bimbingan secara periodic.
3. Masyarakat Sebagai Duta Lingkungan
“Kalau bukan kita, siapa lagi”. Sepatah kalimat yang menggambarkan bahwa lingkungan kita adalah tanggungjawab kita bersama.
“GO Green”
menjadi kata yang popular saat ini. 2 kata dengan makna yang cukup
mendalam dalam mengajak kepada kita semua untuk menjaga lingkungan
sehingga manfaatnya juga bisa kita rasakan dan merupakan solusi ramah
lingkungan.
Duta lingkungan
disini tidak harus yang diangkat dan dipilih oleh Pemerintah Daerah.
Kita sendirilah yang berperan sebagai Duta Lingkungan dengan memberikan
contoh sikap dan perilaku ramah lingkungan terhadap tetangga sekitar
rumah dalam hal sederhana sehari-hari seperti tidak membuang sampah
sembarangan, memisahkan sampah organic dan non organic, tidak membuang
punting rokok sembarangan, bahkan melakukan daur ulang kertas sehingga
kertas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Bangga Ber “Kertas” Indonesia, But…
Selama
ini, kertas yang kita gunakan hanya sebagai media tulis saja tetapi
kita tidak mengetahui mengenai perkembangan dan fakta terhadap industry
kertas di Indonesia. Kita tentu harus tahu mengenai kertas dan
perkembangannya di Indonesia. Hal ini seharusnya menjadi suatu
kebanggaan bagi kita dengan pencapaian sebagai berikut :
- Indonesia sebagai Produsen Terbesar ke 9 Dunia dan Nomo 1 di Asia Tenggara.
- Produk kertas Indonesia berada di Posisi 6 dunia.
- 45% Pasar Kertas Dunia dikuasai oleh Indonesia.
Terhadap
pencapaian diatas, ternyata terjadi anomaly. Dari sisi Produksi kertas
di Indonesia itu memang cukup tinggi tetapi sebesar 60% dari produksi
pulp dan kertas nasional untuk memenuhi kebutuhan pasar global.
Dari
sisi Konsumsi kertas di Indonesia memang terjadi kenaikan Satu Kilogram
(Kg) per kapita per tahun atau sekitar 220 ribu ton. Akan tetapi,
Konsumsinya masih tergolong rendah dengan sebesar 32.6 Kg/ Kapita/Tahun
masih dibawah rata-rata konsumsi Negara ASEAN yang sebesar 55
Kg/Kapita/Tahun dan Hal ini bisa jadi terkait dengan tingkat literasi
atau minat baca bangsa Indonesia yang masih tergolong rendah.
Berdasarkan
Hasil studi dari “Most Littered Nation in the World” yang pernah
dirilis Central Connecticut State University pada tahun 2016 bahwa
Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara terkait Minat Baca.
Selain
itu, juga dari hasil studi Oleh UNESCO menyebutkan bahwa minat baca
masyarakat di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen, yang artinya dari
1000 orang Indonesia yang memiliki minat baca hanya 1 Orang.
Era Millenial
Era
ini menjadi perbincangan umum dan menjadi pembahasan di berbagai media
dan forum. Era yang dipenuhi dengan anak muda yang berusia di kisaran 17
sd 36 Tahun dengan persentase sebesar 31.76% dari 255 juta penduduk
Indonesia atau sekitar 81 juta jiwa.
Kata-kata
yang berbau digital sekarang banyak memenuhi berita atau tagline yang
ada. Detik.com, Kompas.com, Republika Online dan media lain merupakan
media yang menyajikan sesuatu yang baru kepada para pembacanya.
Gen Y atau generasi millennial kerap mereka dipanggil ini sangat familiar dengan perkembangan teknologi dan gadget.
Perkembangan
teknologi banyak mengalami perubahan dari konvensional menjadi digital.
Salah satu perkembangannya dengan hadirnya ebook yang menggantikan
bahan kertas. Berbagai media sudah menghadirkan layanan digital maupun
ebook sehingga memudahkan masyarakat kapanpun dan dimanapun bisa membaca
berita terbaru atau yang sedang hangat-hangatnya.
Generasi
millennial ini banyak memenuhi dunia kerja dengan membawa perubahan
teknologi masuk ke dalam perusahaan sehingga membutuhkan transformasi
dan inovasi. Perubahan yang terjadi dari Conventional Office menjadi
Digital Office dengan penerapan paperless yang menggantikan pemakaian
kertas fisik.
Produk Paperless
ini bisa berupa pengiriman informasi yang awalnya berupa surat kaleng
sekarang melalui Email, Informasi yang komplit bisa dirangkum dalam
sebuah ebook, Menabung saja di sebuah Bank cukup dari sebuah aplikasi
tertentu berupa E-Form.
Tentu
seperti hal yang lumrah saja, Setiap hari kita menggunakan kertas.
Tetapi yang sering sekali terjadi adalah pemakaian kertas yang tidak
efektif. Sedikit saja salah, dibuang. Padahal, masih banyak space kosong
kertas tersebut yang masih biasa digunakan.
Dengan hadirnya paperless ini, biaya operasional pemakaian kertas bisa dikurangi demi menjaga profit dari sebuah perusahaan.
Prospek Industri Kertas
Tidak
bisa dipungkiri bahwa teknologi memberi perubahan terhadap esksistensi
kertas dan peran kaum millennial cukup memberikan kontribusi.
“Paperless” menjadi produk terkini dari teknologi dan generasi
millennial tersebut.
Bagi
Perusahaan yang menggunakan kertas dan itu merupakan biaya
operasionalnya tentu dengan hadirnya “paperless” turut mempengaruhi
keuangannya.
Bagi industry kertas, Apakah juga mempengaruhi dan ini menjadi ancaman terbesar ?
Berdasarkan
publikasi IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Dalam publikasi berjudul
“Industri Penerbitan Buku Indonesia: Dalam Data dan Fakta” (2015),
terungkap bahwa penjualan e-book di Indonesia baru mencapai 2% dari
total transaksi di pasar buku lokal. Angka ini masih tergolong kecil.
Hal ini disebabkan bahwa membaca buku secara fisik masih jauh lebih
menarik ketimbang membaca sebuah digital paper atau ebook.
Selain
itu, Prediksi Ekonomi Indonesia pada tahun 2018 dari beberapa lembaga
baik nasional maupun internasional sebagai berikut :
- Bank Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1 persen-5,5 persen
- Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1%.
- Bank Dunia yang memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% hingga 5,3%.
- International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3%.
- Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,4%.
Dari
hasil prediksi beberapa lembaga diatas, menjelaskan perkembangan
ekonomi Indonesia yang berkembang dengan rata-rata diatas 5% menjadi
sebuah nilai optimis bagi indsutri yang ada di Indonesia termasuk
Industri kertas akan tetap tumbuh, dengan catatan konsumsi di dalam
negeri juga bisa ditingkatkan dengan meningkatnya minat baca di
Indonesia dan ini menjadi Tugas Rumah bagi kita semua untuk berperan
aktif.
Dan sebagai cacatan
penting, terhadap semua pencapaian yang sudah di raih oleh Indonesia
tidak menjadikan berpuas dan berbangga diri, tetap terus meningkatkan
inovasi di dalam produksi kertas.
BANGGA MENGGUNAKAN KERTAS BUATAN NEGERIKU INDONESIA.
Dikutip dari : https://www.qureta.com/post/kertas-kini-dan-esok-di-era-zaman-now-2
Dikutip dari : https://www.qureta.com/post/kertas-kini-dan-esok-di-era-zaman-now-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar