Minggu, 21 Januari 2018

Kertas, Kini dan Esok di Era Zaman Now

Tantangan dan Peluang Industri Kertas

Beberapa hari ini Kota Jakarta diguyur hujan lebat disertai dengan angin kencang menyebabkan sejumlah ruas jalan tergenang banjir dan menyebabkan beberapa titik lokasi di Jakarta terkena banjir. Melihat fenomena alam ini, tentu menjadi renungan bagi kita semua sesuai dengan lantunan lagunya Ebiet G. Ade, “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita atau Alam yang enggan bersahabat dengan kita ?”. Sambil memandangi langit gelap di pukul 14:00 siang dengan penuh harap dalam hati “ semoga lingkunganku nggak kebanjiran”.

Kita berharapnya “hujan boleh asalkan tidak banjir. Panas boleh asalkan tidak kemarau” tetapi yang terjadi seperti Banjir, bisa jadi karena ulah manusia sendiri yang melakukan penebangan pohon atau membuang sampah secara sembarangan.

Indonesia ini merupakan Negara kaya dengan hasil alam yang melimpah meliputi hasil laut, flora, fauna dan hasil alam lainnya. Hasil alam ini bisa diolah menjadi beragam produk-produk yang memiliki nilai jual. Entah kenapa hasil alam ini malah menimbulkan segelintir orang tergiur melakukan eksploitasi seperti penebangan liar demi mengeruk keuntungan semata tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan orang lain.

Hasil kayu merupakan hasil alam yang bisa diolah menjadi aneka produk. Salah satu produk olahan yang cukup familiar adalah kertas. Kertas pada umumnya dibuat dari kayu lunak seperti pinus, cemara, akasia dan cedar yang diolah menjadi bubur kayu (pulp).  

Kertas merupakan media yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan kita sehari-hari dan sudah  menjadi barang primer atau pokok baik dari anak-anak sampai dewasa dan lintas profesi. Tidak hanya sebagai media menulis tetapi juga media lain seperti iklan, brosur dan packaging bagi sebuah produk.

Sebagai informasi bahwa 1 batang pohon kayu yang layak tebang bisa menghasilkan 16 rim kertas atau kurang lebih 8000 lembar kertas. Sementara berdasarkan data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) pada tahun 2007 bahwa konsumsi kertas di Indonesia sekitar 6 juta ton per tahun. Bayangkan saja dengan kuantitas tersebut, maka setidaknya ada 750.000 batang pohon yang harus ditebang demi memenuhi kebutuhan kertas di dalam negeri. Dan itu pun akan terus bertambah setiap tahun seiring dengan penambahan populasi penduduk.

Hal ini tentu memberikan dampak terhadap kelestarian lingkungan akibat penebangan pohon ini. Disini peran serta baik dari Produsen kertas, Pemerintah dan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan paparan berikut :

1. Produsen Kertas
Produsen kertas tentu memillki tujuan utama untuk mencari keuntungan (profit). “Jangan Habis Manis Sepah Dibuang”. Perusahaan yang bergerak dalam produksi kertas juga harus menyadari bahwa dari kegiatannya melakukan penebangan pohon tentu berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat.  
Untuk itu, Para produsen kertas ini tidak hanya mengeruk keuntungan tetapi ada environment cost atau biaya yang harus dikeluarkan demi menjaga ekositem lingkungan ini dengan melakukan proses penebangan secara terpilih dan terjadwal serta dengan segera melakukan penanaman terhadap lahan yang sudah ditebang. 

2. Pemerintah Sebagai Regulator
Pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga kelestaran lingkungan dengan regulasi atau penegasan aturan yang telah dibuat. Dengan aturan yang dibuat tersebut, diharapkan, kondisi lingkungan terjaga secara kondusif sehingga para produsen kertas dalam melakukan aktivitas usaha tidak berlaku secara brutal.
Terhadap Masyarakat, Peran pemerintah ini sebagai roda penggerak bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dengan memberikan edukasi dan bimbingan secara periodic.

3. Masyarakat Sebagai Duta Lingkungan
“Kalau bukan kita, siapa lagi”. Sepatah kalimat yang menggambarkan bahwa lingkungan kita adalah tanggungjawab kita bersama. 
GO Green” menjadi kata yang popular saat ini. 2 kata dengan makna yang cukup mendalam dalam mengajak kepada kita semua untuk menjaga lingkungan sehingga manfaatnya juga bisa kita rasakan dan merupakan solusi ramah lingkungan.
Duta lingkungan disini tidak harus yang diangkat dan dipilih oleh Pemerintah Daerah. Kita sendirilah yang berperan sebagai Duta Lingkungan dengan memberikan contoh sikap dan perilaku ramah lingkungan terhadap tetangga sekitar rumah dalam hal sederhana sehari-hari seperti tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah organic dan non organic, tidak membuang punting rokok sembarangan, bahkan melakukan daur ulang kertas sehingga kertas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Bangga Ber “Kertas” Indonesia, But…
Selama ini, kertas yang kita gunakan hanya sebagai media tulis saja tetapi kita tidak mengetahui mengenai perkembangan dan fakta terhadap industry kertas di Indonesia. Kita tentu harus tahu mengenai kertas dan perkembangannya di Indonesia. Hal ini seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita dengan pencapaian sebagai berikut :
  1. Indonesia sebagai Produsen Terbesar ke 9 Dunia dan Nomo 1 di Asia Tenggara.
  2. Produk kertas Indonesia berada di Posisi 6 dunia.
  3. 45% Pasar Kertas Dunia dikuasai oleh Indonesia.
Terhadap pencapaian diatas, ternyata terjadi anomaly. Dari sisi Produksi kertas di Indonesia itu memang cukup tinggi tetapi sebesar 60% dari produksi pulp dan kertas nasional untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

Dari sisi Konsumsi kertas di Indonesia memang terjadi kenaikan Satu Kilogram (Kg) per kapita per tahun atau sekitar 220 ribu ton. Akan tetapi, Konsumsinya masih tergolong rendah dengan sebesar 32.6 Kg/ Kapita/Tahun masih dibawah rata-rata konsumsi Negara ASEAN yang sebesar 55 Kg/Kapita/Tahun dan Hal ini bisa jadi terkait dengan tingkat literasi atau minat baca bangsa Indonesia yang masih tergolong rendah.

Berdasarkan Hasil studi dari “Most Littered Nation in the World” yang pernah dirilis Central Connecticut State University pada tahun 2016 bahwa Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara terkait Minat Baca.

Selain itu, juga dari hasil studi Oleh UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat di Indonesia hanya  sebesar 0,001 persen, yang artinya dari 1000 orang Indonesia yang memiliki minat baca hanya 1 Orang.

Era Millenial
Era ini menjadi perbincangan umum dan menjadi pembahasan di berbagai media dan forum. Era yang dipenuhi dengan anak muda yang berusia di kisaran 17 sd 36 Tahun dengan persentase sebesar 31.76% dari 255 juta penduduk Indonesia atau sekitar 81 juta jiwa.
Kata-kata yang berbau digital sekarang banyak memenuhi berita atau  tagline yang ada. Detik.com, Kompas.com, Republika Online dan media lain merupakan media yang menyajikan sesuatu yang baru kepada para pembacanya. 
Gen Y atau generasi millennial kerap mereka dipanggil ini sangat familiar dengan perkembangan teknologi dan gadget.

Perkembangan teknologi banyak mengalami perubahan dari konvensional menjadi digital. Salah satu perkembangannya dengan hadirnya ebook yang menggantikan bahan kertas. Berbagai media sudah menghadirkan layanan digital maupun ebook sehingga memudahkan masyarakat kapanpun dan dimanapun bisa membaca berita terbaru atau yang sedang hangat-hangatnya.

Generasi millennial ini banyak memenuhi dunia kerja dengan membawa perubahan teknologi masuk ke dalam perusahaan sehingga membutuhkan transformasi dan inovasi. Perubahan yang terjadi dari Conventional Office menjadi Digital Office dengan penerapan paperless yang menggantikan pemakaian kertas fisik. 

Produk Paperless ini bisa berupa pengiriman informasi yang awalnya berupa surat kaleng sekarang melalui Email, Informasi yang komplit bisa dirangkum dalam sebuah ebook, Menabung saja di sebuah Bank cukup dari sebuah aplikasi tertentu berupa E-Form.

Tentu seperti hal yang lumrah saja, Setiap hari kita menggunakan kertas. Tetapi yang sering sekali terjadi adalah pemakaian kertas yang tidak efektif. Sedikit saja salah, dibuang. Padahal, masih banyak space kosong kertas tersebut yang masih biasa digunakan.               
Dengan hadirnya paperless ini, biaya operasional pemakaian kertas bisa dikurangi demi menjaga profit dari sebuah perusahaan.

Prospek Industri Kertas
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi memberi perubahan terhadap esksistensi kertas dan peran kaum millennial cukup memberikan kontribusi. “Paperless” menjadi produk terkini dari teknologi dan generasi millennial tersebut.
Bagi Perusahaan yang menggunakan kertas dan itu merupakan biaya operasionalnya tentu dengan hadirnya “paperless” turut mempengaruhi keuangannya.

Bagi industry kertas, Apakah juga mempengaruhi dan ini menjadi ancaman terbesar ?
Berdasarkan publikasi  IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Dalam publikasi berjudul “Industri Penerbitan Buku Indonesia: Dalam Data dan Fakta” (2015), terungkap bahwa penjualan e-book di Indonesia baru mencapai 2% dari total transaksi di pasar buku lokal. Angka ini masih tergolong kecil. Hal ini disebabkan bahwa membaca buku secara fisik masih jauh lebih menarik ketimbang membaca sebuah digital paper atau ebook.

Selain itu, Prediksi Ekonomi Indonesia pada tahun 2018 dari beberapa lembaga baik nasional maupun internasional sebagai berikut :
  1. Bank Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1 persen-5,5 persen
  2. Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1%.
  3. Bank Dunia yang memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% hingga 5,3%.
  4. International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3%.
  5. Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,4%.
Dari hasil prediksi beberapa lembaga diatas, menjelaskan perkembangan ekonomi Indonesia yang berkembang dengan rata-rata diatas 5% menjadi sebuah nilai optimis bagi indsutri yang ada di Indonesia termasuk Industri kertas akan tetap tumbuh, dengan catatan konsumsi di dalam negeri juga bisa ditingkatkan dengan meningkatnya minat baca di Indonesia dan ini menjadi Tugas Rumah bagi kita semua untuk berperan aktif.
Dan sebagai cacatan penting, terhadap semua pencapaian yang sudah di raih oleh Indonesia tidak menjadikan berpuas dan berbangga diri, tetap terus meningkatkan inovasi di dalam produksi kertas.

BANGGA MENGGUNAKAN KERTAS BUATAN NEGERIKU INDONESIA.
Dikutip dari : https://www.qureta.com/post/kertas-kini-dan-esok-di-era-zaman-now-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar