Selasa, 23 Januari 2018

Ada Apa Dengan Bitcoin (BTC)

Akhir - akhir ini Bitcoin menjadi pembicaraan ramai baik di kalangan para pemburu keuntungan dan menjadi topik yang kerap kali muncul di media masa. Mata uang virtual yang dibuat pada tahun 2009 oleh seseorang  dengan samaran bernama Satoshi Nakamoto dan hanya tersedia di dunia digital. Jangan pernah membayangkan bentuknya seperti mata uang pada umumnya atau mata uang dari suatu negara. Akan tetapi, Bentuknya merupakan sebuah enkripsi dari kode – kode unik yang menjadikannya beda.

Transaksi pertama Bitcoin dilakukan oleh Satoshi Nakamoto  Ke seorang Programmer bernama Hal Finney yaitu sebesar 10 Bitcoin. Lalu setelah itu di tahun 2010, Satoshi Nakamoto berhenti mengembangkan Bitcoin dan menyerahkannya ke Gavin Andresen yang saat ini merupakan pimpinan developer di Bitcoin Foundation.



Jumlah total Bitcoin itu sebanyak 21 Juta Bitcoin dan akan tercapai pada tahun 2140. Bitcoin diproduksi setiap 10 menit sekali menghasilkan 50 Bitcoin setiap 10 menit sekali. 

Harga BitcoinNilai ( Dalam Rupiah)
2009-
2010100 - 1,000
201110,000
Juli 2011350,000
2012120,000
2013 awal4,000,000
Nov & des 2013 Harga tertinggi13,000,000
2014 awal sd akhir tahun10.000.000 - 3.500.000
20152.500.000 - 6.000.000
20163.000.000 - 11.000.000
Stabil di Angka6.000.000 - 8.000.000



Dengan harga bitcoin yang cukup mengalami akrobatik atau perubahan sangat signifikan sehingga perlu pertimbangan yang cukup matang dalam melakukan investasi. Bayangin saja Pada 21 agustus 2011, 1 Keping Bitcoin seharga Rp 95.200,- dan pada tanggal 22 Januari, 1 keping Bitcoin seharga Rp 151.189.000,-
Sehingga kehadiran Bitcoin cukup menarik hati untuk dijadikan sebagai instrument investasi karena dianggap memberikan keuntungan yang cukup tinggi. Dilihat dari historynya, sejak tahun 20019 sampai dengan hari ini bisa dilihat perkembangan yang sangat menggiurkan bagi para profit hunter.
Selain itu,  transaksinya juga sangat mudah dengan kapanpun dan dimanapun dengan smartphone dan koneksi internet maka bitcoin bisa berpindah ke buyer yang lain.

Walaupun dijadikan sebagai instrument investasi , akan tetapi, penggunaan Bitcoin ini dilarang oleh beberapa negara diantaranya :

  1. Thailand
  2. Rusia
  3. Vietnam
  4. Ekuador
  5. Bangladesh
  6. Kyrgystan
  7. Nigeria
  8. Nepal
  9. Maroko
  10. Jerman
Hal ini bukan tanpa sebab karena transaksinya tidak mudah dilacak dan sumber dana yang sulit diketahui sehingga bisa menyebabkan tindak kejahatan seperti pencucian uang, menghindari pembayaran pajak dan juga menjaga kedaulatan mata uang sebagai mata uang yang sah.

Selain Bitcoin, mata uang digital atau altcoin (alternative coin) juga terdiri dari : Ripple, Ethereum, Litecoin, NEM, Dash, Ethereum Classic, Monero, Stellar Lumens dan Augur.

Pangsa pasar Bitcoin Jepang merupakan terbesar di dunia dengan presentase sebesar 60% secara global.

Sementara di Indonesia sendiri, transaksi perdangangannya hanya sekitara + 1% dari total transaksi global dengan rata-rata customer yang berasal dari mahasiswa dan anak muda.(dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171213214550-78-262226/bitcoin-amini-bi-uang-virtual-bukan-untuk-alat-pembayaran).

Sebagai informasi yang harus diketahui bahwa harga bitcoin ini mengikuti hukum pasar yaitu demand and suppy (permintaan dan penawaran) sehingga bitcoin juga bisa jatuh bebas harganya. Hal ini sempat terjadi karena adanya larangan dari Bank Sentral China terhadap perdanganan Bitcoin di negeri tirai bamboo ini dengan ditandai penuruan harga dari US$ 4.880.85 pada tanggal 1 September 2017 menjadi US$ 3.391 pada tanggal 14 September 2017.
  
Semoga artikel ini bermanfaat bagi rekan sekalian.
 

Baca Selengkapnya >>>

Minggu, 21 Januari 2018

Kertas, Kini dan Esok di Era Zaman Now

Tantangan dan Peluang Industri Kertas

Beberapa hari ini Kota Jakarta diguyur hujan lebat disertai dengan angin kencang menyebabkan sejumlah ruas jalan tergenang banjir dan menyebabkan beberapa titik lokasi di Jakarta terkena banjir. Melihat fenomena alam ini, tentu menjadi renungan bagi kita semua sesuai dengan lantunan lagunya Ebiet G. Ade, “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita atau Alam yang enggan bersahabat dengan kita ?”. Sambil memandangi langit gelap di pukul 14:00 siang dengan penuh harap dalam hati “ semoga lingkunganku nggak kebanjiran”.

Kita berharapnya “hujan boleh asalkan tidak banjir. Panas boleh asalkan tidak kemarau” tetapi yang terjadi seperti Banjir, bisa jadi karena ulah manusia sendiri yang melakukan penebangan pohon atau membuang sampah secara sembarangan.

Indonesia ini merupakan Negara kaya dengan hasil alam yang melimpah meliputi hasil laut, flora, fauna dan hasil alam lainnya. Hasil alam ini bisa diolah menjadi beragam produk-produk yang memiliki nilai jual. Entah kenapa hasil alam ini malah menimbulkan segelintir orang tergiur melakukan eksploitasi seperti penebangan liar demi mengeruk keuntungan semata tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan orang lain.

Hasil kayu merupakan hasil alam yang bisa diolah menjadi aneka produk. Salah satu produk olahan yang cukup familiar adalah kertas. Kertas pada umumnya dibuat dari kayu lunak seperti pinus, cemara, akasia dan cedar yang diolah menjadi bubur kayu (pulp).  

Kertas merupakan media yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan kita sehari-hari dan sudah  menjadi barang primer atau pokok baik dari anak-anak sampai dewasa dan lintas profesi. Tidak hanya sebagai media menulis tetapi juga media lain seperti iklan, brosur dan packaging bagi sebuah produk.

Sebagai informasi bahwa 1 batang pohon kayu yang layak tebang bisa menghasilkan 16 rim kertas atau kurang lebih 8000 lembar kertas. Sementara berdasarkan data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) pada tahun 2007 bahwa konsumsi kertas di Indonesia sekitar 6 juta ton per tahun. Bayangkan saja dengan kuantitas tersebut, maka setidaknya ada 750.000 batang pohon yang harus ditebang demi memenuhi kebutuhan kertas di dalam negeri. Dan itu pun akan terus bertambah setiap tahun seiring dengan penambahan populasi penduduk.

Hal ini tentu memberikan dampak terhadap kelestarian lingkungan akibat penebangan pohon ini. Disini peran serta baik dari Produsen kertas, Pemerintah dan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan paparan berikut :

1. Produsen Kertas
Produsen kertas tentu memillki tujuan utama untuk mencari keuntungan (profit). “Jangan Habis Manis Sepah Dibuang”. Perusahaan yang bergerak dalam produksi kertas juga harus menyadari bahwa dari kegiatannya melakukan penebangan pohon tentu berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat.  
Untuk itu, Para produsen kertas ini tidak hanya mengeruk keuntungan tetapi ada environment cost atau biaya yang harus dikeluarkan demi menjaga ekositem lingkungan ini dengan melakukan proses penebangan secara terpilih dan terjadwal serta dengan segera melakukan penanaman terhadap lahan yang sudah ditebang. 

2. Pemerintah Sebagai Regulator
Pemerintah memiliki peran penting dalam menjaga kelestaran lingkungan dengan regulasi atau penegasan aturan yang telah dibuat. Dengan aturan yang dibuat tersebut, diharapkan, kondisi lingkungan terjaga secara kondusif sehingga para produsen kertas dalam melakukan aktivitas usaha tidak berlaku secara brutal.
Terhadap Masyarakat, Peran pemerintah ini sebagai roda penggerak bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dengan memberikan edukasi dan bimbingan secara periodic.

3. Masyarakat Sebagai Duta Lingkungan
“Kalau bukan kita, siapa lagi”. Sepatah kalimat yang menggambarkan bahwa lingkungan kita adalah tanggungjawab kita bersama. 
GO Green” menjadi kata yang popular saat ini. 2 kata dengan makna yang cukup mendalam dalam mengajak kepada kita semua untuk menjaga lingkungan sehingga manfaatnya juga bisa kita rasakan dan merupakan solusi ramah lingkungan.
Duta lingkungan disini tidak harus yang diangkat dan dipilih oleh Pemerintah Daerah. Kita sendirilah yang berperan sebagai Duta Lingkungan dengan memberikan contoh sikap dan perilaku ramah lingkungan terhadap tetangga sekitar rumah dalam hal sederhana sehari-hari seperti tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah organic dan non organic, tidak membuang punting rokok sembarangan, bahkan melakukan daur ulang kertas sehingga kertas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Bangga Ber “Kertas” Indonesia, But…
Selama ini, kertas yang kita gunakan hanya sebagai media tulis saja tetapi kita tidak mengetahui mengenai perkembangan dan fakta terhadap industry kertas di Indonesia. Kita tentu harus tahu mengenai kertas dan perkembangannya di Indonesia. Hal ini seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita dengan pencapaian sebagai berikut :
  1. Indonesia sebagai Produsen Terbesar ke 9 Dunia dan Nomo 1 di Asia Tenggara.
  2. Produk kertas Indonesia berada di Posisi 6 dunia.
  3. 45% Pasar Kertas Dunia dikuasai oleh Indonesia.
Terhadap pencapaian diatas, ternyata terjadi anomaly. Dari sisi Produksi kertas di Indonesia itu memang cukup tinggi tetapi sebesar 60% dari produksi pulp dan kertas nasional untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

Dari sisi Konsumsi kertas di Indonesia memang terjadi kenaikan Satu Kilogram (Kg) per kapita per tahun atau sekitar 220 ribu ton. Akan tetapi, Konsumsinya masih tergolong rendah dengan sebesar 32.6 Kg/ Kapita/Tahun masih dibawah rata-rata konsumsi Negara ASEAN yang sebesar 55 Kg/Kapita/Tahun dan Hal ini bisa jadi terkait dengan tingkat literasi atau minat baca bangsa Indonesia yang masih tergolong rendah.

Berdasarkan Hasil studi dari “Most Littered Nation in the World” yang pernah dirilis Central Connecticut State University pada tahun 2016 bahwa Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara terkait Minat Baca.

Selain itu, juga dari hasil studi Oleh UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat di Indonesia hanya  sebesar 0,001 persen, yang artinya dari 1000 orang Indonesia yang memiliki minat baca hanya 1 Orang.

Era Millenial
Era ini menjadi perbincangan umum dan menjadi pembahasan di berbagai media dan forum. Era yang dipenuhi dengan anak muda yang berusia di kisaran 17 sd 36 Tahun dengan persentase sebesar 31.76% dari 255 juta penduduk Indonesia atau sekitar 81 juta jiwa.
Kata-kata yang berbau digital sekarang banyak memenuhi berita atau  tagline yang ada. Detik.com, Kompas.com, Republika Online dan media lain merupakan media yang menyajikan sesuatu yang baru kepada para pembacanya. 
Gen Y atau generasi millennial kerap mereka dipanggil ini sangat familiar dengan perkembangan teknologi dan gadget.

Perkembangan teknologi banyak mengalami perubahan dari konvensional menjadi digital. Salah satu perkembangannya dengan hadirnya ebook yang menggantikan bahan kertas. Berbagai media sudah menghadirkan layanan digital maupun ebook sehingga memudahkan masyarakat kapanpun dan dimanapun bisa membaca berita terbaru atau yang sedang hangat-hangatnya.

Generasi millennial ini banyak memenuhi dunia kerja dengan membawa perubahan teknologi masuk ke dalam perusahaan sehingga membutuhkan transformasi dan inovasi. Perubahan yang terjadi dari Conventional Office menjadi Digital Office dengan penerapan paperless yang menggantikan pemakaian kertas fisik. 

Produk Paperless ini bisa berupa pengiriman informasi yang awalnya berupa surat kaleng sekarang melalui Email, Informasi yang komplit bisa dirangkum dalam sebuah ebook, Menabung saja di sebuah Bank cukup dari sebuah aplikasi tertentu berupa E-Form.

Tentu seperti hal yang lumrah saja, Setiap hari kita menggunakan kertas. Tetapi yang sering sekali terjadi adalah pemakaian kertas yang tidak efektif. Sedikit saja salah, dibuang. Padahal, masih banyak space kosong kertas tersebut yang masih biasa digunakan.               
Dengan hadirnya paperless ini, biaya operasional pemakaian kertas bisa dikurangi demi menjaga profit dari sebuah perusahaan.

Prospek Industri Kertas
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi memberi perubahan terhadap esksistensi kertas dan peran kaum millennial cukup memberikan kontribusi. “Paperless” menjadi produk terkini dari teknologi dan generasi millennial tersebut.
Bagi Perusahaan yang menggunakan kertas dan itu merupakan biaya operasionalnya tentu dengan hadirnya “paperless” turut mempengaruhi keuangannya.

Bagi industry kertas, Apakah juga mempengaruhi dan ini menjadi ancaman terbesar ?
Berdasarkan publikasi  IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Dalam publikasi berjudul “Industri Penerbitan Buku Indonesia: Dalam Data dan Fakta” (2015), terungkap bahwa penjualan e-book di Indonesia baru mencapai 2% dari total transaksi di pasar buku lokal. Angka ini masih tergolong kecil. Hal ini disebabkan bahwa membaca buku secara fisik masih jauh lebih menarik ketimbang membaca sebuah digital paper atau ebook.

Selain itu, Prediksi Ekonomi Indonesia pada tahun 2018 dari beberapa lembaga baik nasional maupun internasional sebagai berikut :
  1. Bank Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1 persen-5,5 persen
  2. Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1%.
  3. Bank Dunia yang memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% hingga 5,3%.
  4. International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3%.
  5. Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,4%.
Dari hasil prediksi beberapa lembaga diatas, menjelaskan perkembangan ekonomi Indonesia yang berkembang dengan rata-rata diatas 5% menjadi sebuah nilai optimis bagi indsutri yang ada di Indonesia termasuk Industri kertas akan tetap tumbuh, dengan catatan konsumsi di dalam negeri juga bisa ditingkatkan dengan meningkatnya minat baca di Indonesia dan ini menjadi Tugas Rumah bagi kita semua untuk berperan aktif.
Dan sebagai cacatan penting, terhadap semua pencapaian yang sudah di raih oleh Indonesia tidak menjadikan berpuas dan berbangga diri, tetap terus meningkatkan inovasi di dalam produksi kertas.

BANGGA MENGGUNAKAN KERTAS BUATAN NEGERIKU INDONESIA.
Dikutip dari : https://www.qureta.com/post/kertas-kini-dan-esok-di-era-zaman-now-2
Baca Selengkapnya >>>

Memulai Bisnis Kos-kosan


“Pendidikan dan Pekerjaan” menjadi suatu hal yang sangat penting dalam hidup. Terkadang untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang bagus, kita harus rela keluar kota demi “pendidikan yang berkualitas dan pekerjaan yang bagus”.
Dengan jarak yang jauh dari tempat tinggal, tentu pilihannya adalah memilliki hunian dengan membeli rumah, mengambil kontrakan atau kosan.

Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis yang bisa ditangkap dengan membuat usaha kos – kosan terutama bagi yang memiliki sebidang lahan di sekitar perkantoran atau kampus dengan membangun usaha ini. Toh, dengan membangun usaha kos-kosan sama dengan memiliki asset property.

Kenapa harus memilih usaha kos – kosan ? 

1.        Aset Properti yang aman dan bertumbuh
Dengan membangun usaha kos – kosan sama dengan anda membangun asset investasi berupa property. Memang membangun usaha ini membutuhkan biaya yang cukup besar apalagi dilengkapi fasilitas yang lengkap seperti AC, Pemanas Air, TV, Kulkas, dll.
Harga property yang selalu meningkat setiap tahun, apalagi property tergolong produktif, tentu semakin meningkatkan harga asset tersebut dengan rata-rata kenaikan sebesar 8% - 10% setiap tahun (dikutip dari https://finance.detik.com/properti/d-3746672/ngeri-kenaikan-harga-rumah-lebih-tinggi-dari-inflasi)

2.               Permintaan yang tinggi
Demi mendapatkan sebuah pekerjaan atau pendididkan yang bagus, masyarakat rela merantau keluar dari daerahnya. Merantau berarti harus tinggal di tempat yang baru dalam jangka waktu tertentu, dengan pilihan apakah membeli rumah, mengontrak tempat tinggal atau mengambil kosan.
Bagi yang belum berumah tangga atau sudah berumah tangga tetapi belum mempunyai anak, mengambil kos-kosan dianggap masih manjadi alternative terbaik dengan kelebihan biaya sewa  yang masih terjangkau dan tidak harus memikirkan untuk membeli perlengkapan seperti tempat tidur/kasur, AC/Kipas Angin dan Lemari.
Memiliki sebidang tanah atau rumah di sekitar kampus atau lokasi perkantoran menjadi peluang yang harus dimanfaatkan terutama dengan permintaan kos – kosan yang tetap tinggi sehingga menghasilkan income dan bisa menjadi penghasilan rutin bagi pemiliki usaha ini.

3.               Multiplier Effect
Membuka usaha  kos-kosan memberikan banyak keuntungan . selain, usaha ini termasuk usaha yang aman dan selalu ada permintaannya, harga jual yang berkembang, juga memberikan peluang-peluang tambahan dan dibutuhkan kejelian dalam melihat peluang ini.
Anak kosan bisa dijadikan sebagai sasaran market pemilik kosan utama dengan membuka usaha tambahan seperti membuka warung, membuka usaha laundry, membuka usaha pulsa, dsb. Pembayaran yang digunakan khususnya terhadap anak kosan bisa menggunakan cash (kontan) atau pembayaran secara bulanan.
Usaha tambahan ini juga ke depannya bisa diperluas dengan membuka jasa kepada masyarakat sekitar sebagai perluasan pasar.  


Analisa BC Ratio
Dalam membangun usaha dibutuhkan modal. Modal tersebut terdiri dari financial dan keberanian. Disini perlu dibedakan antara berani dengan nekat. “Berani” itu dibutuhkan persiapan dan perhitungan yang matang sehingga kemungkinan – kemungkinan  yang akan terjadi bisa ditangani. Berbeda dengan “nekat”, “nekat” ini dilakukan secara spontan tanpa persiapan dan perhitungan yang matang.
Terkadang sering kita dengar “Just do it” atau lakukan saja ketika terjun membuka sebuah bisnis baru.
Namun, apapun itu, sebelum menjalankan sebuah usaha tetap dibutuhkan sebuah perencanaan.
If you fail to plan, You plan to fail”, sesuai dengan quote berikut bahwa jika anda gaga dalam membuat sebuah perencanaan, itu sama dengan anda sudah  merencakan atau menginginkan kegagalan terjadi.

Dalam hal ini, Membangun Usaha kos – kosan ini membutuhkan modal yang cukup besar mulai dari ratusan juta hingga miliaran Rupiah sehingga untuk mencapai BEP (Break Even Point) atau balik modal, prosesnya bertahun – tahun.
Dengan biaya inventasi awal yang cukup besar, jangan sampai hasil yang diinginkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk lebih memudahkan bisa dilihat rincian dibawah ini :
Asumsi Harga Kosan (Dalam Rupiah)600,000,000




Asumsi PendapatanProyeksi pendapatan bisnis kos - kosan Rp. 550.000,- x 12 x 13 Rp. 85.800.000,- (Asumsi memiliki 13 Kamar)85,800,00085,800,000





Asumsi pengeluran
Pengurus kos
30%

Penjaga kos
Lingkungan
PBB
Sampah25,740,000
Listrik
Air
Telepon
Perawatan
Pajak Sewa10%8,580,000
Total Pengeluaran
34,320,000
Laba
51,480,000
Break Even PointRp. 600 juta / (60% x Rp. 85.8 Juta ) = Rp. 600 Juta /51.48 Juta = +/- 12 Tahun
Asumsi Kenaikan harga tanah 10% setiap tahun

Potensi
Perkantoran

Universitas

Sekolah


Nah, setelah melihat simulasi analisa B/C Ratio diatas, tentu dengan mengeluarkan modal investasi awal yang cukup besar, Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Mempersiapkan RAB atau denah kos yang akan dibangun
  2. RAB atau sketsa rumah kos yang akan dibangun menjadi panduan sehingga memudahkan bagi kita, mau seperti apa kosan yang akan dibangun dan rencana biaya yang akan dibangun. Kita bisa browser di Google.com untuk mencari bahan referensi sketsa rumah kosan yang kita inginkan. 
                                                                
  3. Monitor proses pembangunan rumah kosan, mulai dari pembelian bahan sampai proses finishing.                                                                                                                      Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengendalian terhadap rencana atau sketsa yang sudah kita tentukan sehingga proses pembangunan rumah kosan tadi dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan yang telah ditetapkan.
  Semoga Bermanfaat...


Baca Selengkapnya >>>