Di era canggih seperti sekarang ini, bisa dikatakan
bahwa Handphone menjadi kebutuhan penting dan primer bagi kita semua. Namun,
alangkah kurang asik jika Handphone yang kita miliki tidak dilengkapi dengan social
media seperti Facebook, Instagram, twitter, Whatsapp, dsb.
Dengan kehadiran berbagai macam social media tadi, mudah
sekali menemukan kontak teman lama.
Tinggal ketik nama lengkap teman di FB atau Instagram. Sudah ketemu orangnya.
Dari sinilah awal mula cerita yang disebut “Reuni itu dimulai”.
Nah, terbentuknya Grup social media tadi sebagai
langkah awal. Pria dan Wanita menjadi saling mengakrabkan diri di Grup yang
dibentuk tadi. Yang dulunya pernah menjalin hubungan pacaran. Akhirnya
dipertemukan dalam satu wadah yang katanya kebersamaan. Seolah melepas rindu
dan kangen karena sudah tidak lama ketemu.
Kerap terjadi obrolan yang lepas control bahkan melewati aturan agama. Isinya bisa terkait hubungan
rumah tangga yang sedang dalam masalah, mengirim foto masing – masing. foto bahkan
video yang berbau pornografi. Parahnya lagi hal ini seolah menjadi hal yang
wajar.
Obrolan – obrolan pun terkadang berupa gombalan, hujatan
bahkan fitnah. Mungkin hal ini oleh beberapa orang yang sudah tergabung dalam
grup reuni ini dianggap sebagai candaan atau bumbu persahabatan. Akan tetapi,
apakah semua obrolan dapat dijadikan sebagai bahan candaan ???
Momen reuni yang seperti ini dapat menjadi salah satu pintu untuk melakukan perbuatan selingkuh. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi, apalagi ketemu mantan yang semakin ganteng atau cantik.
Momen reuni yang seperti ini dapat menjadi salah satu pintu untuk melakukan perbuatan selingkuh. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi, apalagi ketemu mantan yang semakin ganteng atau cantik.
“Eh si Dul dulu kecil sekarang makin keren aja”.
“Si Fulan makin tampan aja ya”
“Si Munaroh makin cantik aja ya, dsb. “
Serasa menjadi anak ABG kembali, teringat akan
kenangan lama yang memberikan keindahan – keindahan semu. Mulailah kepoin Si Dul,
Si Fulan, Si Munawah dari semua social medianya, mulai melihat history kehidupannya
di dunia maya tersebut sampai menanyakan alamat rumahnya. Eh, akhirnya terbentuklah mindset seseorang terhadap
orang yang dikepoin. Eh ternyata dia sedang dalam masalah. Percobaan pertama
dengan chat pribadi. Eh dibales sama si temen. Mulailah sok menjadi konsultan, memberi nasehat, bla.. bla. Bla…
Dari obrolan di social
media ini menimbulkan obrolan dan pertemuan selanjutnya yang lebih akrab
lagi sebelum reuni itu dilakukan. Masing – masing saling menceritakan kehidupan
rumah tangganya, saling berbalas pujian dan akhirnya saling balas – balasan yang
lebih mendalam (isi sendiri deh). Bahkan
setelah reuni, ada yang menikah dengan mantan lamanya. Apakah ini yang disebut
mantan terindah ??? I don’t know and I don’t care….
Apakah Reuni
Salah ??? Belum tentu
Apakah Grup
Reuni di Sosial media yang dibentuk juga salah ??? Belum tentu juga
Grup yang dibentuk tidak dapat disalahkan jika ajang reuni
yang (akan) dilaksanakan dalam tatanan wajar. Batas kewajaran yang harus diingat
adalah bahwa pertemanan atau keakraban yang pernah terjadi di masa lalu hanya
sebuah kisah masa lalu. Sekarang ini kita hidup di masa yang sekarang dan masa
depan maka wajib focus hanya ke masa depan.
Sekarang tentu berbeda dengan yang dulu. Sekarang
sudah memiliki keluarga masing – masing, memiliki batasan dan etika. Perbedaan ini
harusnya menimbulkan kesadaran diri bagi kita sendiri. Artinya apa ??? Kita
gak bisa dan gak boleh membuat obrolan yang dapat menimbulkan keributan dalam rumah tangga seseorang apalagi
jika diketahui masing – masing pasangan perihal isi obrolan yang tidak wajar
tadi.
Tidak ada yang salah dengan reuni tadi. Akan tetapi
untuk menghindari terjadinya perselingkungan atau perbuatan tercela lainnya
maka Peserta reuni wajib membawa keluarganya demi mencegah terjadinya
kemaksiatan tadi. Bahkan dalam Islam sendiri dilarang laki – laki bercampur
dengan wanita yang bukan mahramnya dalam suatu tempat.
“Buanglah mantan pada tempatnya”,,, Just
Information Friend
Berkata Baik
atau Diam
Lidah ini merupakan karunia terbesar yang diberikan
Allah SWT kepada hambanya. Pemberian ini tidak boleh disia – siakan oleh Kita
sebagai makhluknya. Toh, manusia yang terbaik adalah yang bermanfaat bagi
manusia lainnya. Manfaat yang dapat kita berikan melalui lidah ini dapat berupa
motivasi atau menyampaikan ilmu yang baik kepada orang lain.
Fakta yang terjadi di masyarakat, Begitu mudahnya
orang – orang menyampaikan berita – berita yang belum tentu kebenarannya atau
berita palsu. Istilah kerennya adalah “Hoaks”..
Mengutip wikipedia, Hoaks ini adalah berita bohong
atau merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar. Namun, dibuat seolah –
olah benar. Sebuah kutipan di internet yang menarik dan dapat menjadi sebuah
kebenaran bahwa “Hoaks itu diciptakan
oleh orang pintar tapi jahat, namun, disebarkan oleh orang baik namun Bodoh”. Penting ini ya untuk dicatat di dalam hati kita masing - masing apalagi menjelang Pemilu Presiden di tahun 2019 (Nyambung gak ya ???)
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Akan tetapi,
sering sekali tanpa kita sadari kita melakukan banyak kesalahan, membicarakan
aib orang lain bukan menjadi hal tabu bahkan berkembang luas di sekitar kita. Seringkali
lidah kita yang tak bertulang ini merasa gatal untuk membicarakan kepada orang
lain hal – hal yang remeh yang belum tentu kebenarannya dan sama sekali tidak
mengandung kebaikan atau manfaat.
Ingat!!! Lidah
ini seperti Pisau bermata dua dimana satu sisi dapat mengangkat derajat
seseorang, namun, di sisi lainnya malah dapat menjadi celaka atau bencana bagi
seseorang. Meningkatkan derajat kita jika yang disampaikan berisi kebenaran,
manfaat dan kebaikan kepada orang lain.
Menjadi celaka jika digunakan untuk menghujat, memfitnah, menyinggung bahkan
menyakiti hati orang lain.
Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, kita
diberikan 2 telinga dan 1 mulut. Dari sini perlu disadari bahwa kita perlu
lebih banyak mendengar ketimbang "nyinyir". Kata demi kata yang ditulis menjadi
pengingat bagi pribadi sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.
Hadits dan Ayat Qur’an berikut dapat mempertegas
bahwa perlunya menjaga lisan sebagai bekal bagi kita menjadi Pribadi yang lebih
bermanfaat lagi.
Hadits Muttafaq Alaih berbunyi :
“ Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam “
Rasulullah SAW bersabda :
“Di antara
ciri kesempurnaan Islam seseorang
adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At
Tirmidziy
adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At
Tirmidziy
Rasululah bersabda :
“ Barangsiapa
yang diam niscaya ia selamat ( HR Tirmidzi)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلاَ يَغْتِبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا
اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ
“Dan janganlah sebagian
kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian
memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya.
Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan
Maha Pengasih”. [Al Hujurat :12]
Mengutip dari hadits dan QS. Al Hujurat diatas,
harusnya menjadi warning (peringatan) bagi kita bahwa dari sekarang dilarang ghibah, bergunjing atau
memfitnah orang lain. Bayangkan saja, buat yang suka Ghibah itu sama saja dengan memakan daging Bangkai saudaranya yang sudah mati. Nah, Untuk itu Diamlah karena diam itu adalah emas.
Diamlah agar terhindar dari pembicaraan yang tidak
bermanfaat sehingga kita terhindar dari godaan Syaithan. Dengan diam dari
perkataan yang buruk merupakan sebuah kebaikan bagi kita sendiri.
Sebagai penegasan terhadap diri kita, agar terhindar
dari Perkataan yang tidak baik. Hal berikut dapat menjadi acuan bagi kita
sebelum berbicara “
- Cari tahu kebenaran akan sebuah informasi sebelum disampaikan ke Orang lain
- Jagalah kehormatan saudara kita dengan tidak menjelek-jelekkannya. Perlu diingat bahwa menjaga kehormatan saudara kita sama denggan menjaga kehormatan diri Kita. Dan Allah SWT pun akan menjaga kita pada hari yang tidak ada seorang pun dapat menolong kita.
- Jangan berbicara jika obrolan tersebut tidak memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain
- Berpikirlah mendalam dan mendetail sebelum berbicara
- Bicaralah sesuai dengan waktu dan situasi yang tepat
- Bicaralah sesuai dengan keperluan dengan singkat, padat dan efektif (tepat sasaran dan bermakna).
- Awali setiap perkataan dengan Dzikir kepada Allah SWT untuk menghidari berlebih-lebihan.
Semoga Kita menjadi Pribadi yang Bermanfaat bagi
Orang Lain
*) Mengutip isi ceramah dan Obrolan Siang hari ini
Saya sanagat setuju dengan istilah kata "DIAM ITU EMAS"
BalasHapus🤐
BalasHapus