Minggu, 14 Oktober 2018

28 SaveTember 2018, #Save Palu & Donggala

Foto Kerusakan Akibat Gempat Palu

Hidup di negeri yang kaya akan sumber daya alam ini baik flora, fauna maupun sumber daya alam lainnya menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Namun yang perlu diketahui juga bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana. Hal ini dapat dilihat dari letak geografisnya yang berdiri diatas lempeng-lempeng tektonik.
Sebagai informasi saja, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah gunung api terbanyak di dunia dan sebagiannya masih tergolong aktif. Terdapat sekitar 127 gunung api yang masih aktif di Indonesia atau 13% dari gunung api didunia sehingga Indonesia dikenal sebagai negeri Cincin api (Ring of Fire). Kondisi seperti ini dapat menjadikan diri agar selalu waspada bahwa Bencana itu dapat terjadi kapan saja.
Tentu, masih melekat di ingatan kita tentang bencana Lombok yang terjadi pada bulan Agustus 2018, Gempa awal berkekuatan 6.8 Skala Richter dan gempa susulan yang mengguncang Wilayah Lombok tersebut, tidak hanya menimbulkan kerusakan terhadap bangunan dan infrastruktur. Akan tetapi juga menimbulkan korban jiwa baik luka – luka maupun meninggal dunia.
Sore itu, bukanlah sore yang biasa. Dalam hitungan detik berbagai social media dibanjiri dengan doa agar Wilayah terdampak gempa diberikan keselamatan dan perlindungan. Tagar #Save Palu& Donggala mulai ramai diperbincangkan dan menjadi topik utama di berbagai media baik media massa maupun media televisi.

“Indonesia kembali berduka dengan kabar terjadinya Gempa bumi tektonik 7.4 Skala Richter yang terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada Pukul 17.02.44 WIB disusul dengan fenomena tsunami melanda Kota Palu dan Donggala” Begitu pesan singkat BMKG hari Jumat sore itu.
Haru, terdengar suara isak tangis wanita dan pria melalui rekaman video sebelum tsunami di kota Palu beberapa hari lalu yang viral di social media. Para warga berhamburan berusaha menaiki gedung yang lebih tinggi sambil melafazkan Asma Allah. Tak lama setelah itu, gulungan Air yang besar menyapu wilayah Ibukota Sulawesi tengah ini sehingga menyebabkan listrik padam dan jaringan komunikasi di Wilayah Palu dan Donggala terputus.
Jembatan Kuning Salah Satu Ikon Kota Palu
Palu, sebuah kota dengan julukan “kota Lima Dimensi” karena lansekap alamnya lengkap yang terdiri dari lembah, lautan, sungai, pegunungan dan teluk ini baru saja melaksanakan HUT Kota ke 40 tepat pada tanggal 27 Oktober 2018, Sehari sebelum terjadinya Gempa. Euforia memeriahkan Hari Lahir kota ini berubah seketika menjadi duka dan luka mendalam. Namun, yang namanya musibah tidak ada yang tahu kapan akan terjadi. Bangunan seperti Hotel, Pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan bangunan lain rusak parah bahkan ambruk. Bahkan jembatan kuning atau Jembatan Ponulele 4 yang merupakan salah satu ikon kota palu juga ikut roboh.
Pada Kejadian ini, ada sebuah fenomena yang disebut likuifaksi, yaitu sebuah kejadian dimana beberapa daratan di Palu dan Sigi berubah seperti “bubur” seperti air lumpur yang menyeret apa saja yang ada di daratan dari beberapa meter hingga berkilometer.
Informasi dari BPNB (Badan Penanggulan Nasional Bencana) pada Senin 8 Oktober 2018, Jumlah korban meninggal dunia akibat Gempa Palu dan Donggala sebanyak 1.948 Jiwa. Proses pencarian dan pendataan kembali perihal korban terdampak gempa ini masih berlanjut sehingga jumlah korban kemungkinan bisa bertambah.Secara finansial, kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala diprediksi lebih dari Rp 10 Triliun.
Selain itu, dampak psikologis juga perlu menjadi perhatian penting. Ada yang meninggal dunia, ada yang selamat namun kehilangan keluarga dan harta berharga miliknya. Hal ini tentu menimbulkan trauma yang cukup lama bagi para korban.Kecemasan dan ketakutan akan terjadinya kejadian yang sama turut membayangi hidup mereka.

Mitigasi Resiko
Berdasarkan informasi terkait letak geografis Indonesia diatas, perlu adanya sosialisasi rutin dalam rangka mitigasi resiko sebagai upaya siaga masyarakat dalam menghadapi Bencana. Pengetahuan ini memang bukan menjadi jaminan keselamatan diri. Benar bahwa kita tidak dapat menolak terjadinya bencana. Akan tetapi, tetap perlu dilakukan persiapan dan langkah pencegahan untuk meminimalisasi resiko yang terjadi.
Pelaksanaan mitigasi resiko menjadi tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Semua pihak turut berperan aktif dalam pelaksanaan mitigasi resiko ini. Simulasi tanggap bencana wajib dilakukan baik di perusahaan, institusi maupun lingkungan masyarakat dalam satu tahunan. Dalam simulasi ini, perlu dijelaskan mengenai jalur evakuasi, titik kumpul, dan tempat – tempat berlindung pada saat terjadi bencana. Kegiatan ini sebagai langkah penting agar masyarakat tidak panic dan mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana.

Donasi Bencana
Bencana yang telah terjadi tentunya membawa dampak kerusakan baik bangunan maupun makanan. Kejadian yang menimpa kota Palu menimbulkan dampak dimaksud. Listrik mati dan keterbatasan bahan makanan harus dihadapi oleh masyarakat sekitar. Untuk itu, diperlukan kepedulian bagi kita semua untuk meringankan beban saudara – saudara kita yang ada di Wilayah Palu berupa Donasi melalui posko-posko penggalangan dana resmi baik itu melalui perguruan tinggi, lembaga social ataupun instansi. Donasi yang diberikan setidaknya dapat memberikan dampak yang menolong bagi para Korban bencana tersebut.

Hikmah positif dari Kejadian ini
Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari fenomena yang terjadi ini. Banyak cerita yang mengharukan dan tindakan solidaritas yang turun langsung membantu ke lokasi kejadian sebagai bentuk empati kepada Saudara kita di daerah bencana. Kita gak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tahun depan, bulan depan bahkan 1 menit yang akan datang. Heningkan sejenak dan instropeksi diri mungkin menjadi tindakan terbaik yang dapat kita lakukan saat ini.
Semoga Bencana yang terjadi dapat memberikan pelajaran penting terutama meningkatkan ketakwaan dan Membuat kita semakin dekat dengan Sang Pencipta Alam Semesta ini, bukan malah semakin melemahkan ketakwaan Kita.
Di tengah kesunyian malam ditemani secangkir kopi, alangkah indahnya sambil menikmati alunan lagu dari Ebiet G. Ade berjudul “ Berita Kepada Kawan”..Sruuuppp..
Mungkin Tuhan mulai bosan

Melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
                             
Semoga Bermanfaat…..

Lampiran Foto 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar