Hidup di negeri yang kaya akan
sumber daya alam ini baik flora, fauna maupun sumber daya alam lainnya menjadi
sebuah keuntungan tersendiri. Namun yang perlu diketahui juga bahwa Indonesia
merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana. Hal ini dapat dilihat dari
letak geografisnya yang berdiri diatas lempeng-lempeng tektonik.
Sebagai informasi saja, Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah gunung api terbanyak di dunia dan
sebagiannya masih tergolong aktif. Terdapat sekitar 127 gunung api yang masih
aktif di Indonesia atau 13% dari gunung api didunia sehingga Indonesia dikenal
sebagai negeri Cincin api (Ring of Fire). Kondisi seperti ini dapat menjadikan
diri agar selalu waspada bahwa Bencana itu dapat terjadi kapan saja.
Tentu, masih melekat di ingatan
kita tentang bencana Lombok yang terjadi pada bulan Agustus 2018, Gempa awal
berkekuatan 6.8 Skala Richter dan gempa susulan yang mengguncang Wilayah Lombok
tersebut, tidak hanya menimbulkan kerusakan terhadap bangunan dan
infrastruktur. Akan tetapi juga menimbulkan korban jiwa baik luka – luka maupun
meninggal dunia.
Sore itu, bukanlah sore yang
biasa. Dalam hitungan detik berbagai social
media dibanjiri dengan doa agar Wilayah terdampak gempa diberikan keselamatan
dan perlindungan. Tagar #Save Palu& Donggala mulai ramai diperbincangkan
dan menjadi topik utama di berbagai media baik media massa maupun media
televisi.
“Indonesia kembali berduka dengan
kabar terjadinya Gempa bumi tektonik 7.4 Skala Richter yang terjadi di
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada Pukul 17.02.44 WIB disusul dengan
fenomena tsunami melanda Kota Palu dan Donggala” Begitu pesan singkat BMKG hari
Jumat sore itu.
Haru, terdengar suara isak tangis
wanita dan pria melalui rekaman video sebelum tsunami di kota Palu beberapa
hari lalu yang viral di social media. Para warga berhamburan berusaha menaiki
gedung yang lebih tinggi sambil melafazkan Asma Allah. Tak lama setelah itu, gulungan
Air yang besar menyapu wilayah Ibukota Sulawesi tengah ini sehingga menyebabkan
listrik padam dan jaringan komunikasi di Wilayah Palu dan Donggala terputus.
Jembatan Kuning Salah Satu Ikon Kota Palu |
Palu, sebuah kota dengan julukan
“kota Lima Dimensi” karena lansekap alamnya lengkap yang terdiri dari lembah,
lautan, sungai, pegunungan dan teluk ini baru saja melaksanakan HUT Kota ke 40
tepat pada tanggal 27 Oktober 2018, Sehari sebelum terjadinya Gempa. Euforia
memeriahkan Hari Lahir kota ini berubah seketika menjadi duka dan luka
mendalam. Namun, yang namanya musibah tidak ada yang tahu kapan akan terjadi. Bangunan
seperti Hotel, Pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan bangunan lain rusak parah
bahkan ambruk. Bahkan jembatan kuning atau Jembatan Ponulele 4 yang merupakan
salah satu ikon kota palu juga ikut roboh.
Pada Kejadian ini, ada sebuah
fenomena yang disebut likuifaksi, yaitu sebuah kejadian dimana beberapa daratan
di Palu dan Sigi berubah seperti “bubur” seperti air lumpur yang menyeret apa
saja yang ada di daratan dari beberapa meter hingga berkilometer.
Informasi dari BPNB (Badan
Penanggulan Nasional Bencana) pada Senin 8 Oktober 2018, Jumlah korban
meninggal dunia akibat Gempa Palu dan Donggala sebanyak 1.948 Jiwa. Proses
pencarian dan pendataan kembali perihal korban terdampak gempa ini masih
berlanjut sehingga jumlah korban kemungkinan bisa bertambah.Secara finansial,
kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana gempa dan tsunami di Palu
dan Donggala diprediksi lebih dari Rp 10 Triliun.
Selain itu, dampak psikologis
juga perlu menjadi perhatian penting. Ada yang meninggal dunia, ada yang
selamat namun kehilangan keluarga dan harta berharga miliknya. Hal ini tentu
menimbulkan trauma yang cukup lama bagi para korban.Kecemasan dan ketakutan
akan terjadinya kejadian yang sama turut membayangi hidup mereka.
Mitigasi Resiko
Berdasarkan informasi terkait
letak geografis Indonesia diatas, perlu adanya sosialisasi rutin dalam rangka
mitigasi resiko sebagai upaya siaga masyarakat dalam menghadapi Bencana.
Pengetahuan ini memang bukan menjadi jaminan keselamatan diri. Benar bahwa kita
tidak dapat menolak terjadinya bencana. Akan tetapi, tetap perlu dilakukan
persiapan dan langkah pencegahan untuk meminimalisasi resiko yang terjadi.
Pelaksanaan mitigasi resiko
menjadi tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
Semua pihak turut berperan aktif dalam pelaksanaan mitigasi resiko ini.
Simulasi tanggap bencana wajib dilakukan baik di perusahaan, institusi maupun
lingkungan masyarakat dalam satu tahunan. Dalam simulasi ini, perlu dijelaskan
mengenai jalur evakuasi, titik kumpul, dan tempat – tempat berlindung pada saat
terjadi bencana. Kegiatan ini sebagai langkah penting agar masyarakat tidak
panic dan mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana.
Donasi Bencana
Bencana yang telah terjadi tentunya
membawa dampak kerusakan baik bangunan maupun makanan. Kejadian yang menimpa
kota Palu menimbulkan dampak dimaksud. Listrik mati dan keterbatasan bahan
makanan harus dihadapi oleh masyarakat sekitar. Untuk itu, diperlukan
kepedulian bagi kita semua untuk meringankan beban saudara – saudara kita yang
ada di Wilayah Palu berupa Donasi melalui posko-posko penggalangan dana resmi
baik itu melalui perguruan tinggi, lembaga social
ataupun instansi. Donasi yang diberikan setidaknya dapat memberikan dampak yang
menolong bagi para Korban bencana tersebut.
Hikmah positif dari Kejadian ini
Selalu ada hikmah yang bisa diambil
dari fenomena yang terjadi ini. Banyak cerita yang mengharukan dan tindakan
solidaritas yang turun langsung membantu ke lokasi kejadian sebagai bentuk
empati kepada Saudara kita di daerah bencana. Kita gak tahu apa yang akan
terjadi esok hari, tahun depan, bulan depan bahkan 1 menit yang akan datang. Heningkan
sejenak dan instropeksi diri mungkin menjadi tindakan terbaik yang dapat kita
lakukan saat ini.
Semoga Bencana yang terjadi dapat
memberikan pelajaran penting terutama meningkatkan ketakwaan dan Membuat kita
semakin dekat dengan Sang Pencipta Alam Semesta ini, bukan malah semakin
melemahkan ketakwaan Kita.
Di tengah kesunyian malam
ditemani secangkir kopi, alangkah indahnya sambil menikmati alunan lagu dari Ebiet G. Ade berjudul “ Berita Kepada Kawan”..Sruuuppp..
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan
bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Semoga Bermanfaat…..
Lampiran Foto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar