30 Juli 2018
Tik..tik..tik.. Begitu bunyi detak jam di Mejaku yang
menunjukkan waktu sudah memasuki pukul 14:00 WIB, 3 Jam lagi menunggu kepastian
bahwa Kunjungan kali ini disetujui atau tidak oleh My Big Boss. Tapi,
perasaanku masih diselimuti “kegalauan” bahwa kali ini perjalananku bakal tidak
disetujui.
“you are what you think”-- Quote ini menjadi semangat
dan meyakinkan diri bahwa akan ada persetujuan untuk melakukan perjalanan kerja
ini. Berkali-kali aku lirik jam dinding di bilik ruangan kerjaku ini, dan
berharap mendengar kabar baik itu. Trip dan akhir bulan menjadi dua kosa kata
yang sering sekali berlawanan. Akhir bulan menjadi hari sesibuk-sibuknya
pekerja untuk mencapai performance terbaiknya.
“Bu, Besok saya kan perjalanan dinas ke Luar palopo. Mohon
dibantu ya bu approval perjalanan ini” Pintaku memelas
“Dengan siapa ? Departemen lain ikut kan ?” Tanya sang Ibu
“Tidak ibu, Departemen lain memberi kepercayaan kepada kita
ibu” responku kala itu
“Kalau mereka tidak ikut, dicancel dulu perjalanannya” balas Sang Ibu
“Kalau mereka tidak ikut, dicancel dulu perjalanannya” balas Sang Ibu
Perjuangan belum selesai, pantang mundur sebelum berusaha.
Disupport teman-teman, akhirnya menemui kepala departemen lain yang
bersangkutan dengan agenda “Penilaian teknis kunjungan kelayakan Pihak
Ketiga”.
Hasilnya berbuah manis yaitu ada perwakilan yang ditunjuk
untuk melakukan kunjungan bersama selama 2 hari di Palopo dan Toraja.
Yes. Akhirnya menikmati perjalanan ke luar kota juga. The
next destination is Palopo City. Perjalanan perdana ke daerah dengan
zona waktu yang berbeda yaitu Waktu Indonesia Tengah (WITA). Sudah terbayang di
benakku Kuliner khas Sulawesi yang enak-enak seperti Coto, Conro dan Es Pisang
Ijo.
Indonesia bagian timur merupakan tujuan bagus untuk
menikmati asupan vitamin Sea. Pantai-pantai yang mengelilingi
pulau-pulau memberikan tantangan untuk berselancar dan menikmati wahana air.
Tak heran jika kuliner di wilayah ini banyak menyajikan hidangan olahan laut
yang segar dan enak.
Setelah persetujuan tersebut, bersama dengan perwakilan
departemen lain, kami menemui ticketting travel yang posisinya tidak
jauh dari kantor kami, yang letaknya berseberangan dengan gedung.
Ticket
nomor Penerbangan GA640 dengan destinasi Jakarta – Makasar - Palopo dengan
jadwal penerbangan dari Jakarta pada tanggal 01 Agustus 2018 tepatnya Pukul
23:15 WIB. Informasi mengenai perjalanan ini, terutama terkait transportasi
cukup menjadi Surprise. Maskapai penerbangan menuju kota palopo ini
cukup jarang bahkan infonya bahwa pernah terjadi perjalanan kerja yang
dilakukan oleh departemen lain pada tahun lalu itu dibatalkan oleh pihak
maskapai sehingga perjalanan harus ditempuh dengan perjalanan darat selama 10
jam.
Keberangkatan dari Makassar menuju Palopo |
Bandar Udara BUA di Palopo |
31 Juli 2018
Pagi ini cuaca begitu cerah dan berbeda. Hari ini menjadi
"farewell day” buat departemen
kami dalam rangka menghormati mereka yang telah berjasa dan berkontribusi besar
di perusahaan. “Pilihan hidup” terkadang menjadi alasan terpenting
sesorang untuk bertahan atau tidak dalam meniti karir. Keberanian sangat
dibutuhkan untuk mengambil keputusan penting tersebut. Terkadang “keluarga”
menjadi jawaban terberat pada saat menentukan pilihan tersebut. Begitu hikmah
pagi yang bisa kami ambil di hari ini.
Melanjutkan aktivitas pekerjaan hingga pukul 19:00 WIB, di
sudut kursi biru terlihat rekan kerja yang akan menemani kunjungan kali ini
begitu lelap."Mr. Sanusi" dengan dibalut Sweater hijau kesayangannya.
Perjalanan dimulai pukul 20:00 WIB menuju Bandara Soetta ultimate terminal 3 sejam kemudian. Beruntungnya, jalan yang kami lalui sangat lancar dan tidak ada kemacetan. Lagu - lagu yang sedang hits seperti Ed Sheeran, Bruno mars, Jason Mraz dan Syantik Manja ala Siti badriah menemani perjalanan kami menuju Bandara.
Perjalanan dimulai pukul 20:00 WIB menuju Bandara Soetta ultimate terminal 3 sejam kemudian. Beruntungnya, jalan yang kami lalui sangat lancar dan tidak ada kemacetan. Lagu - lagu yang sedang hits seperti Ed Sheeran, Bruno mars, Jason Mraz dan Syantik Manja ala Siti badriah menemani perjalanan kami menuju Bandara.
Waktu menunjukkan pukul 23:00 WIB, ternyata sudah 2 jam kami
menunggu di bandara Soetta terhitung sejak tiba di bandara soetta. Kami pun berangkat road trip dari
Jakarta menuju palopo. Sudah terbayang perjalanan selama 3 jam yang ditempuh
menuju transit Bandara Hasanuddin Makassar. Untungnya perjalanan kali ini
diiringi dengan suasana ruangan pesawat yang gelap Sehingga kami bisa langsung
pelor (nempel sambil molor).
Sampai di bandara Hasanuddin tanggal 01 Agustus 2018
tepatnya pukul 03:00 WIB (+1 WITA), langsung menunggu transit untuk penerbangan
selanjutnya ke Kota palopo pada pukul 07:15 WITA. Waktu 3 jam ini, kami
manfaatkan dengan istirahat sejenak. Ngantuk berat menjadi alasan tanpa gengsi
untuk istirahat di bangku Bandara. Setelah 1 ½ jam istirahat, badan ini
tersentak bangun. Eh di sebelah kanan kiri sudah ramai, bangku dipenuhi
penumpang yang akan terbang menuju Denpasar.
“Para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor
penerbangan GA7838 tujuan Palopo dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui
pintu G3”. Mendengar pengumuman tersebut, kami segera mengambil tas ransel
melakukan boarding. Perjalanan yang kami tempuh dengan pesawat
baling-baling kurang lebih 30 menit.
Akhirnya kami sampai juga di bandar Udara BUA. Lokasinya
tidak jauh dari kota dan tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah bandara.
Sejenak menunggu bagasi, langsung menuju pintu keluar Bandara. Disini, kami
dijemput teman dari Makasar dan teman kota Palopo. On the way, go menuju
penginapan, dengan kondisi kepala masih berat dan cukup ngantuk. Sebentar
bangun sebentar tidur. Perjalanan dari bandara menuju Penginapan cukup lengang,
jauh dari kemacetan Jakarta.
Kami check in di sebuah hotel, Platinum Hotel. Begitu
melihat Kasur, Mata yang udah 5 watt ini langsung tepar diatas peraduan….ZZZZZZ….
*****
Sekitar pukul 15:00 WITA setelah beristirahat, tujuan
selanjutnya menikmati santapan siang kuliner khas Palopo. Di tempat ini (lupa
nama tempatnya), disuguhi menu-menu seperti Kapurung, Ayam bakar/goreng parede,
Pacco’ dan Ikan bakar/goreng Putih.
Mungkin sedikit ulasan (highlight) mengenai makanan
favorit yang kami nikmati kota Palopo ini :
1.
Kapurung
Baru pertama mendengar makanan ini.
Kapurung ini merupakan masakan khas masyarakat Palopo. Mungkin bagi sebagian
orang, makanan ini masih terdengar asing di telinga kita. Akan tetapi, bagi
para penikmat Kuliner, dengan bahan dasar sagu asli, yang dicampur dengan sayur rebus, ikan,
tomat, jagung dengan rasa asam segar dan enak dengan dipadu warnanya yang
orange memberikan kenikmatan tersendiri. Di Maluku, dikenal dengan nama “Papeda”.
Kapurung |
Kapurung
ini dapat dihidangkan pada saat makan bersama teman atau keluarga, baik di
rumah maupun di rumah makan. Kapurung sangat cocok dihidangkan sebagai sup atau
sayur apalagi dalam kondisi hangat. Mantap gan.
2.
Ikan Bakar/Goreng Parede
Makanan olahan dari ikan Parede juga wajib dicoba pada saat
berkunjung ke Palopo ini. Ikan ini termasuk menu andalan yang dapat dinikmati
bersama teman dan keluarga dengan rasa yang gurih segar dengan paduan kuah
asamnya yang khas.
Ikan Parede |
Ikan parede ini memakai asam "Patikala” dicampur dengan
parutan tipis mangga muda. Membayangkannya saja sudah nikmat apalagi sudah
terhidang di depan kita. Makanan ini recommended dinikmati dengan nasi.
Top BGT..
3.
Pacco’
Makanan yang satu ini, cukup unik. Kenapa ? Awalnya sudah
membayangkan bakal amis dan kurang cocok aja karena terbuat olahan ikan mentah
dengan irisan daging ikan tanpa kepala dan tulang.
Pacco' |
Namun, setelah dicoba. Olahan ikan ini dengan rasa asam
segar dapat menjadi pilihan lauk pelengkap nasi. Dan tidak amis sama sekali.
Ini wajib dimasukkan ke dalam list wisata Kuliner ketika berkunjung ke
Palopo.
Selesai menikmati kuliner khas Palopo, Sesuai dengan tujuan
ke kota ini. The next one, beretemu dengan Pimpinan Kantor Perwakilan
Kota Palopo. Agenda kunjungan kali ini membahas perihal pengelolaan perangkat
elektronik Kantor demi efisiensi dan peningkatan laba. Pembahasan dilakukan
di ruangan meeting selama kurang lebih 2 Jam.
Selepas kunjungan, malamnya menikmati santapan kuliner dari
olahan laut lagi seperti Udang dan ikan laut yang masih segar. Berhubung
lokasinya dekat dengan pantai disertai dessert Pisang Peppe, Pisang yang digeprek dan digoreng dilengkapi dengan
sambal menjadikan malam ini menjadi penutup kunjungan bersama dengan
teman-teman.
*****
02 Agustus 2018
Tepat pukul 08:00 WITA, sehabis menikmati santapan pagi di
Penginapan, sesuai dengan agenda kami selanjutnya. Kunjungan ke daerah
RantePao, sebuah kecamatan di kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan yang
juga merupakan ibukota kabupaten Toraja Utara dan dikenal sebagai pusat Budaya
Toraja.
Perjalanan ditempuh dari Kota Palopo menuju
Rantepao ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan Lintasan Jalan berliku
didominasi jalanan yang menanjak. Jalanan yang cukup sepi dengan liku – liku
yang cukup panjang terkadang menimbulkan goncangan dan mual di perut kami.
Sesekali berhenti di tengah perjalanan hanya untuk menghilangkan mual di perut.
Udara yang cukup segar dan sejuk menjadi obat kegalauan perut. Namun,
Pemandangan selama di Perjalanan dengan disuguhi panorama alam hijau yang
meneduhkan hati menjadikan penat kami hilang secara perlahan.
Begitu sampai di Toraja ini, melepas penat dan menikmati
sejenak hidangan kopi khas toraja. Sebagai informasi, secara geografis wilayah
Toraja berada di area pegunungan sehingga cocok untuk pengembangan kopi. Daerah
ini dikenal sebagai penghasil kopi dengan aroma yang wangi. Tidak lengkap
rasanya kalau belum menyeruput kopi Arabica khas toraja.
Peta Kunjungan Wisata Tana Toraja |
View Pelataran Hotel |
Zonasi Waktu |
Ada beberapa Wisatawan asing yang hilir mudik di hotel ini,
apakah menginap atau hanya menikmati santapan. I don’t care.. dengan
View pelataran dipenuhi “tongkonan”
yang merupakan rumah adat masyarakat Toraja dengan atap menyerupai perahu dan
di bagian depannya terdapat deretan tanduk kerbau. Hal ini menunjukkan bahwa Tana Toraja ini
termasuk destinasi wisata yang menarik untuk keluarga dengan keramahan alam
hijaunya.
Tidak lama setelah itu, kami memacu kendaraan menuju Kantor
Perwakilan yang ada di Rantepao dengan agenda utama perihal pengelolaan
perangkat perusahaan kepada Pihak ketiga agar tercipta efisiensi dan
peningkatan laba. Pembahasan dengan pimpinan kantor kurang lebih selama 2 jam
dengan suasana hangat dan luwes tapi tetap focus dengan esensi utama.
*****
Usai Pembahasan tersebut, Perjalanan di Tana toraja pun di
mulai dengan tujuan – tujuan melipir selama di Toraja berikut
1. Toraya Maelo
1. Toraya Maelo
Kali ini tujuan pertama kami ke “Toraya Maelo”. Sebuah lokasi dengan geografis puncak bukit dan view
pemukiman. Selama perjalanan, kami melewati banyak “tongkonan” dan area-area
persawahan. Tongkonan ini memiliki symbol dan makna. Rumah adat yang terbuat
dari kayu Uru dengan ukiran 4 warna dasar yaitu merah, hitam, putih dan Kuning.
Atap “Tongkonan” ini menyerupai perahu. Hal ini menjadi
pengingat bahwa leluhur mereka menggunakan perahu untuk sampai di daerah
Sulawesi ini. Di tengah era teknologi yang semakin modern ini, masyarakat Suku
Toraja masih tetap mempertahankan adat mereka ini. Dan ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan baik local maupun mancanegara
Dari Rantepao menuju lokasi “Toraya Maelo” membutuhkan waktu
sekitar 30 menit dengan lintasan jalan yang menanjak hingga sampai puncaknya.
Toraya Maelo |
View dari Puncak Toraya Maelo |
Sangat menikmati suasana pemandangan dari Puncak ini.
Kegalauan bakal hilang menjadi ceria diselingi dengan udara segar yang sejuk
dilengkapi dengan mentari yang cerah. Tempat ini cocok dijadikan tempat
pemotretan sambil menikmati atmosfer santai yang sedikit berbeda dengan
menawarkan ketenangan.
Setelah menikmati lanskap Toraya Maelo, kami segera turun.
Di sekitar lokasi, banyak dijual souvenir dengan tulisan “Toraja” yang dapat
dijadikan sebagai ole-ole kepada rekan kerja maupun keluarga dengan harga yang
masih terjangkau seperti gantungan Kunci yang bervariasi dari Rp 2.000,-/pcs
hingga Rp 5.000,-/pcs, Kaos dari Harga Rp 35.000,-/pcs hingga Rp 50.000,-/pcs,
dan banyak souvenir lainnya.
2. Kete' Kesu
Bergeser dari Toraya Maelo, Perjalanan selanjutnya menuju
daerah Kete’ Kesu selama 30 menit. Desa ini menyuguhkan keindahan alam dengan
hamparan sawahnya. Namun, yang tidak kalah uniknya adalah Rumah adat Tongkonan
yang berjejer di Desa ini. Setelah puas dengan sesi foto di daerah ini,
berjalan lagi ke tempat yang lain tidak jauh dari hamparan rumah adat tadi
sedikit naik ke bukit, ada Makam tua di daerah bukit. Selain itu, di sebelah
kiri, ada patung yang dijeruji yang memiliki nilai tinggi karena banyak
perhiasan yang dibawa didalam pada saat meninggal.
Patane Terbesar di Kete' Kesu |
Tepat di pintu masuk menuju bukit ini, berjejer toko-toko
yang menjual souvenir bagi para wisatawan. Yang penting berhati-hati aja,
Jangan sampai kantong Jebol dan kebablasan karena lapar mata membeli ole-ole
disini. Dari Syal, Sarung tenun, Ganci, Peci, Sandal, baju, daster dan
sebagainya. Ingat… lama-lama di Toko ini bisa merusak mata.. tepatnya mata
pencaharian.. Hehehe..
03 Agustus 2018
Selesai sudah Kunjungan kami ke Kota Palopo dan RantePao
selama 2 hari disana. Perjalanan selanjutnya kembali ke Jakarta untuk
menyelesaikan pekerjaan yang masih tertunda. Pukul 09:30 WITA, penerbangan kami
dari kota palopo ke Kota Makassar. Selama 30 menit penerbangan, View dari balik
jendela maskapai penerbangan dipenuhi dengan bukit dan pegunungan yang hijau.
Waktu transit sekitar 4 jam, kami manfaatkan dengan
menikmati hidangan kuliner khas Kota Makassar ini diantaranya Es Pisang Ijo,
Coto dan Conro. Dua Kata untuk hidangan kuliner
khas sini. “Enak Tenan” sudah cukup mewakili maknyusnya begitu terasa di lidah.
Semoga aja berat badan tidak naik sepulang dari sini.
Coto |
Conro |
3 hari 2 malam rasanya memberikan pengalaman berharga dalam
hidup kami. Walaupun masih banyak yang perlu dieksplorasi lagi. Namun, Perlu
menjadi perhatian bahwa tempat ini wajib dijadikan destinasi wisata baik
sejarah, budaya dan kulinernya.
Desa Kete’ Kesu memberikan pemahaman tersendiri bagi saya
mengenai eksistensi suku toraja yang tetap mempertahankan warisan budaya
leluhur ditengah arus globalisasi dan di era gawai sekarang ini. “historia
vitae magistra” yang berarti Sejarah adalah guru yang terbaik dan “jas Merah
(Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah) dari Soekarno- Hatta yang menjadikan
pengingat bagi Kita bahwa dari Sejarahlah kita belajar dan bijaksana. Banyak
alasan yang ingin aku jejalkan ke dalam saku kenangan ini.
Terima kasih teman atas bantuannya.
# Tu Si Runtu Paimeng
#Edisi Kerja plus Travelling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar