Selasa, 23 Oktober 2018

Diam itu (mungkin) Emas

Di era canggih seperti sekarang ini, bisa dikatakan bahwa Handphone menjadi kebutuhan penting dan primer bagi kita semua. Namun, alangkah kurang asik jika Handphone yang kita miliki tidak dilengkapi dengan social media seperti Facebook, Instagram, twitter, Whatsapp, dsb.

Dengan kehadiran berbagai macam social media tadi, mudah sekali menemukan kontak teman lama.  Tinggal ketik nama lengkap teman di FB atau Instagram. Sudah ketemu orangnya. Dari sinilah awal mula cerita yang disebut “Reuni itu dimulai”.

Nah, terbentuknya Grup social media tadi sebagai langkah awal. Pria dan Wanita menjadi saling mengakrabkan diri di Grup yang dibentuk tadi. Yang dulunya pernah menjalin hubungan pacaran. Akhirnya dipertemukan dalam satu wadah yang katanya kebersamaan. Seolah melepas rindu dan kangen karena sudah tidak lama ketemu.

Kerap terjadi obrolan yang lepas control bahkan melewati aturan agama. Isinya bisa terkait hubungan rumah tangga yang sedang dalam masalah, mengirim foto masing – masing. foto bahkan video yang berbau pornografi. Parahnya lagi hal ini seolah menjadi hal yang wajar.

Obrolan – obrolan pun terkadang berupa gombalan, hujatan bahkan fitnah. Mungkin hal ini oleh beberapa orang yang sudah tergabung dalam grup reuni ini dianggap sebagai candaan atau bumbu persahabatan. Akan tetapi, apakah semua obrolan dapat dijadikan sebagai bahan candaan ???
Momen reuni yang seperti ini dapat menjadi salah satu pintu untuk melakukan perbuatan selingkuh. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi, apalagi ketemu mantan yang semakin ganteng atau cantik.

“Eh si Dul dulu kecil sekarang makin keren aja”.

“Si Fulan makin tampan aja ya”

“Si Munaroh makin cantik aja ya, dsb. “

Serasa menjadi anak ABG kembali, teringat akan kenangan lama yang memberikan keindahan – keindahan semu. Mulailah kepoin Si Dul, Si Fulan, Si Munawah dari semua social medianya, mulai melihat history kehidupannya di dunia maya tersebut sampai menanyakan alamat rumahnya. Eh, akhirnya terbentuklah mindset seseorang terhadap orang yang dikepoin. Eh ternyata dia sedang dalam masalah. Percobaan pertama dengan chat pribadi. Eh dibales sama si temen. Mulailah sok menjadi konsultan, memberi nasehat, bla.. bla. Bla…


Dari obrolan di social media ini menimbulkan obrolan dan pertemuan selanjutnya yang lebih akrab lagi sebelum reuni itu dilakukan. Masing – masing saling menceritakan kehidupan rumah tangganya, saling berbalas pujian dan akhirnya saling balas – balasan yang lebih mendalam (isi sendiri deh). Bahkan setelah reuni, ada yang menikah dengan mantan lamanya. Apakah ini yang disebut mantan terindah ??? I don’t know and I don’t care….

Apakah Reuni Salah ??? Belum tentu
Apakah Grup Reuni di Sosial media yang dibentuk juga salah ??? Belum tentu juga

Grup yang dibentuk tidak dapat disalahkan jika ajang reuni yang (akan) dilaksanakan dalam tatanan wajar. Batas kewajaran yang harus diingat adalah bahwa pertemanan atau keakraban yang pernah terjadi di masa lalu hanya sebuah kisah masa lalu. Sekarang ini kita hidup di masa yang sekarang dan masa depan maka wajib focus hanya ke masa depan.  

Sekarang tentu berbeda dengan yang dulu. Sekarang sudah memiliki keluarga masing – masing, memiliki batasan dan etika. Perbedaan ini harusnya menimbulkan kesadaran diri bagi kita sendiri. Artinya apa ??? Kita gak bisa dan gak boleh membuat obrolan yang dapat menimbulkan keributan dalam rumah tangga seseorang apalagi jika diketahui masing – masing pasangan perihal isi obrolan yang tidak wajar tadi.

Tidak ada yang salah dengan reuni tadi. Akan tetapi untuk menghindari terjadinya perselingkungan atau perbuatan tercela lainnya maka Peserta reuni wajib membawa keluarganya demi mencegah terjadinya kemaksiatan tadi. Bahkan dalam Islam sendiri dilarang laki – laki bercampur dengan wanita yang bukan mahramnya dalam suatu tempat.

 “Buanglah mantan pada tempatnya”,,, Just Information Friend


Berkata Baik atau Diam
Lidah ini merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada hambanya. Pemberian ini tidak boleh disia – siakan oleh Kita sebagai makhluknya. Toh, manusia yang terbaik adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Manfaat yang dapat kita berikan melalui lidah ini dapat berupa motivasi atau menyampaikan ilmu yang baik kepada orang lain.

Fakta yang terjadi di masyarakat, Begitu mudahnya orang – orang menyampaikan berita – berita yang belum tentu kebenarannya atau berita palsu. Istilah kerennya adalah “Hoaks”..

Mengutip wikipedia, Hoaks ini adalah berita bohong atau merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar. Namun, dibuat seolah – olah benar. Sebuah kutipan di internet yang menarik dan dapat menjadi sebuah kebenaran bahwa “Hoaks itu diciptakan oleh orang pintar tapi jahat, namun, disebarkan oleh orang baik namun Bodoh”. Penting ini ya untuk dicatat di dalam hati kita masing - masing apalagi menjelang Pemilu Presiden di tahun 2019 (Nyambung gak ya ???)

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Akan tetapi, sering sekali tanpa kita sadari kita melakukan banyak kesalahan, membicarakan aib orang lain bukan menjadi hal tabu bahkan berkembang luas di sekitar kita. Seringkali lidah kita yang tak bertulang ini merasa gatal untuk membicarakan kepada orang lain hal – hal yang remeh yang belum tentu kebenarannya dan sama sekali tidak mengandung kebaikan atau manfaat.

Ingat!!! Lidah ini seperti Pisau bermata dua dimana satu sisi dapat mengangkat derajat seseorang, namun, di sisi lainnya malah dapat menjadi celaka atau bencana bagi seseorang. Meningkatkan derajat kita jika yang disampaikan berisi kebenaran, manfaat  dan kebaikan kepada orang lain. Menjadi celaka jika digunakan untuk menghujat, memfitnah, menyinggung bahkan menyakiti hati orang lain.

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, kita diberikan 2 telinga dan 1 mulut. Dari sini perlu disadari bahwa kita perlu lebih banyak mendengar ketimbang "nyinyir". Kata demi kata yang ditulis menjadi pengingat bagi pribadi sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.  

Hadits dan Ayat Qur’an berikut dapat mempertegas bahwa perlunya menjaga lisan sebagai bekal bagi kita menjadi Pribadi yang lebih bermanfaat lagi.

Hadits Muttafaq Alaih berbunyi :
“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam “

Rasulullah SAW bersabda :
“Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang
adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan”
HR At
Tirmidziy

Rasululah bersabda :
“ Barangsiapa yang diam niscaya ia selamat ( HR Tirmidzi)


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلاَ يَغْتِبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ
“Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. [Al Hujurat :12]

Mengutip dari hadits dan QS. Al Hujurat diatas, harusnya menjadi warning (peringatan) bagi kita bahwa dari sekarang dilarang ghibah, bergunjing atau memfitnah orang lain. Bayangkan saja, buat yang suka Ghibah itu sama saja dengan memakan daging Bangkai saudaranya yang sudah mati. Nah, Untuk itu Diamlah karena diam itu adalah emas.

Diamlah agar terhindar dari pembicaraan yang tidak bermanfaat sehingga kita terhindar dari godaan Syaithan. Dengan diam dari perkataan yang buruk merupakan sebuah kebaikan bagi kita sendiri.
Sebagai penegasan terhadap diri kita, agar terhindar dari Perkataan yang tidak baik. Hal berikut dapat menjadi acuan bagi kita sebelum berbicara “
  1. Cari tahu kebenaran akan sebuah informasi sebelum disampaikan ke Orang lain
  2. Jagalah kehormatan saudara kita dengan tidak menjelek-jelekkannya. Perlu diingat bahwa menjaga kehormatan saudara kita sama denggan menjaga kehormatan diri Kita. Dan Allah SWT pun akan menjaga kita pada hari yang tidak ada seorang pun dapat menolong kita.
  3. Jangan berbicara jika obrolan tersebut tidak memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain
  4. Berpikirlah mendalam dan mendetail sebelum berbicara
  5. Bicaralah sesuai dengan waktu dan situasi yang tepat
  6. Bicaralah sesuai dengan keperluan dengan singkat, padat dan efektif (tepat sasaran dan bermakna).
  7. Awali setiap perkataan dengan Dzikir kepada Allah SWT untuk menghidari berlebih-lebihan.

Semoga Kita menjadi Pribadi yang Bermanfaat bagi Orang Lain
*) Mengutip isi ceramah dan Obrolan Siang hari ini
Baca Selengkapnya >>>

Minggu, 14 Oktober 2018

28 SaveTember 2018, #Save Palu & Donggala

Foto Kerusakan Akibat Gempat Palu

Hidup di negeri yang kaya akan sumber daya alam ini baik flora, fauna maupun sumber daya alam lainnya menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Namun yang perlu diketahui juga bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana. Hal ini dapat dilihat dari letak geografisnya yang berdiri diatas lempeng-lempeng tektonik.
Sebagai informasi saja, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah gunung api terbanyak di dunia dan sebagiannya masih tergolong aktif. Terdapat sekitar 127 gunung api yang masih aktif di Indonesia atau 13% dari gunung api didunia sehingga Indonesia dikenal sebagai negeri Cincin api (Ring of Fire). Kondisi seperti ini dapat menjadikan diri agar selalu waspada bahwa Bencana itu dapat terjadi kapan saja.
Tentu, masih melekat di ingatan kita tentang bencana Lombok yang terjadi pada bulan Agustus 2018, Gempa awal berkekuatan 6.8 Skala Richter dan gempa susulan yang mengguncang Wilayah Lombok tersebut, tidak hanya menimbulkan kerusakan terhadap bangunan dan infrastruktur. Akan tetapi juga menimbulkan korban jiwa baik luka – luka maupun meninggal dunia.
Sore itu, bukanlah sore yang biasa. Dalam hitungan detik berbagai social media dibanjiri dengan doa agar Wilayah terdampak gempa diberikan keselamatan dan perlindungan. Tagar #Save Palu& Donggala mulai ramai diperbincangkan dan menjadi topik utama di berbagai media baik media massa maupun media televisi.

“Indonesia kembali berduka dengan kabar terjadinya Gempa bumi tektonik 7.4 Skala Richter yang terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada Pukul 17.02.44 WIB disusul dengan fenomena tsunami melanda Kota Palu dan Donggala” Begitu pesan singkat BMKG hari Jumat sore itu.
Haru, terdengar suara isak tangis wanita dan pria melalui rekaman video sebelum tsunami di kota Palu beberapa hari lalu yang viral di social media. Para warga berhamburan berusaha menaiki gedung yang lebih tinggi sambil melafazkan Asma Allah. Tak lama setelah itu, gulungan Air yang besar menyapu wilayah Ibukota Sulawesi tengah ini sehingga menyebabkan listrik padam dan jaringan komunikasi di Wilayah Palu dan Donggala terputus.
Jembatan Kuning Salah Satu Ikon Kota Palu
Palu, sebuah kota dengan julukan “kota Lima Dimensi” karena lansekap alamnya lengkap yang terdiri dari lembah, lautan, sungai, pegunungan dan teluk ini baru saja melaksanakan HUT Kota ke 40 tepat pada tanggal 27 Oktober 2018, Sehari sebelum terjadinya Gempa. Euforia memeriahkan Hari Lahir kota ini berubah seketika menjadi duka dan luka mendalam. Namun, yang namanya musibah tidak ada yang tahu kapan akan terjadi. Bangunan seperti Hotel, Pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan bangunan lain rusak parah bahkan ambruk. Bahkan jembatan kuning atau Jembatan Ponulele 4 yang merupakan salah satu ikon kota palu juga ikut roboh.
Pada Kejadian ini, ada sebuah fenomena yang disebut likuifaksi, yaitu sebuah kejadian dimana beberapa daratan di Palu dan Sigi berubah seperti “bubur” seperti air lumpur yang menyeret apa saja yang ada di daratan dari beberapa meter hingga berkilometer.
Informasi dari BPNB (Badan Penanggulan Nasional Bencana) pada Senin 8 Oktober 2018, Jumlah korban meninggal dunia akibat Gempa Palu dan Donggala sebanyak 1.948 Jiwa. Proses pencarian dan pendataan kembali perihal korban terdampak gempa ini masih berlanjut sehingga jumlah korban kemungkinan bisa bertambah.Secara finansial, kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dari bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala diprediksi lebih dari Rp 10 Triliun.
Selain itu, dampak psikologis juga perlu menjadi perhatian penting. Ada yang meninggal dunia, ada yang selamat namun kehilangan keluarga dan harta berharga miliknya. Hal ini tentu menimbulkan trauma yang cukup lama bagi para korban.Kecemasan dan ketakutan akan terjadinya kejadian yang sama turut membayangi hidup mereka.

Mitigasi Resiko
Berdasarkan informasi terkait letak geografis Indonesia diatas, perlu adanya sosialisasi rutin dalam rangka mitigasi resiko sebagai upaya siaga masyarakat dalam menghadapi Bencana. Pengetahuan ini memang bukan menjadi jaminan keselamatan diri. Benar bahwa kita tidak dapat menolak terjadinya bencana. Akan tetapi, tetap perlu dilakukan persiapan dan langkah pencegahan untuk meminimalisasi resiko yang terjadi.
Pelaksanaan mitigasi resiko menjadi tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Semua pihak turut berperan aktif dalam pelaksanaan mitigasi resiko ini. Simulasi tanggap bencana wajib dilakukan baik di perusahaan, institusi maupun lingkungan masyarakat dalam satu tahunan. Dalam simulasi ini, perlu dijelaskan mengenai jalur evakuasi, titik kumpul, dan tempat – tempat berlindung pada saat terjadi bencana. Kegiatan ini sebagai langkah penting agar masyarakat tidak panic dan mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana.

Donasi Bencana
Bencana yang telah terjadi tentunya membawa dampak kerusakan baik bangunan maupun makanan. Kejadian yang menimpa kota Palu menimbulkan dampak dimaksud. Listrik mati dan keterbatasan bahan makanan harus dihadapi oleh masyarakat sekitar. Untuk itu, diperlukan kepedulian bagi kita semua untuk meringankan beban saudara – saudara kita yang ada di Wilayah Palu berupa Donasi melalui posko-posko penggalangan dana resmi baik itu melalui perguruan tinggi, lembaga social ataupun instansi. Donasi yang diberikan setidaknya dapat memberikan dampak yang menolong bagi para Korban bencana tersebut.

Hikmah positif dari Kejadian ini
Selalu ada hikmah yang bisa diambil dari fenomena yang terjadi ini. Banyak cerita yang mengharukan dan tindakan solidaritas yang turun langsung membantu ke lokasi kejadian sebagai bentuk empati kepada Saudara kita di daerah bencana. Kita gak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tahun depan, bulan depan bahkan 1 menit yang akan datang. Heningkan sejenak dan instropeksi diri mungkin menjadi tindakan terbaik yang dapat kita lakukan saat ini.
Semoga Bencana yang terjadi dapat memberikan pelajaran penting terutama meningkatkan ketakwaan dan Membuat kita semakin dekat dengan Sang Pencipta Alam Semesta ini, bukan malah semakin melemahkan ketakwaan Kita.
Di tengah kesunyian malam ditemani secangkir kopi, alangkah indahnya sambil menikmati alunan lagu dari Ebiet G. Ade berjudul “ Berita Kepada Kawan”..Sruuuppp..
Mungkin Tuhan mulai bosan

Melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
                             
Semoga Bermanfaat…..

Lampiran Foto 


Baca Selengkapnya >>>